New York: Harga minyak mentah berhasil naik tipis pada penutupan perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu pagi WIB), seiring prospek perbaikan pasokan minyak yang selama ini terganggu oleh konflik Rusia-Ukraina.
Mengutip Antara, Sabtu, 12 Maret 2022, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei melonjak USD3,34 atau 3,1 persen menjadi USD112,67 per barel, setelah mencapai terendah sesi di USD107,13.
Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April terangkat USD3,31 atau 3,1 persen, menjadi USD109,33 per barel, setelah mencapai terendah sesi di USD104,48.
Harga minyak mentah sebelumnya meroket sejak invasi Rusia ke Ukraina yang disertai dengan kekhawatiran mengenai kesepakatan nuklir Iran. "Pembicaraan Iran yang tertunda adalah salah satu faktor pendukung pasar," kata Analis UBS Giovanni Staunovo
Pekan ini, konflik Rusia-Ukraina mendorong Amerika Serikat (AS) dan perusahaan minyak Barat untuk berhenti membeli minyak Rusia. Ada pembicaraan tentang penambahan pasokan potensial dari Iran, Venezuela dan Uni Emirat Arab.
Namun, kesenjangan pasokan tidak mungkin diisi oleh produksi tambahan dari anggota OPEC dan sekutu (OPEC+) mengingat Rusia adalah bagian dari kelompok tersebut. "Kami sangat memperhatikan katup tekanan yang akan menyerap guncangan pasokan," kata Kepala Ekonomi UBS Norbert Ruecker.
Mengutip Antara, Sabtu, 12 Maret 2022, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei melonjak USD3,34 atau 3,1 persen menjadi USD112,67 per barel, setelah mencapai terendah sesi di USD107,13.
Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April terangkat USD3,31 atau 3,1 persen, menjadi USD109,33 per barel, setelah mencapai terendah sesi di USD104,48.
Harga minyak mentah sebelumnya meroket sejak invasi Rusia ke Ukraina yang disertai dengan kekhawatiran mengenai kesepakatan nuklir Iran. "Pembicaraan Iran yang tertunda adalah salah satu faktor pendukung pasar," kata Analis UBS Giovanni Staunovo
Pekan ini, konflik Rusia-Ukraina mendorong Amerika Serikat (AS) dan perusahaan minyak Barat untuk berhenti membeli minyak Rusia. Ada pembicaraan tentang penambahan pasokan potensial dari Iran, Venezuela dan Uni Emirat Arab.
Namun, kesenjangan pasokan tidak mungkin diisi oleh produksi tambahan dari anggota OPEC dan sekutu (OPEC+) mengingat Rusia adalah bagian dari kelompok tersebut. "Kami sangat memperhatikan katup tekanan yang akan menyerap guncangan pasokan," kata Kepala Ekonomi UBS Norbert Ruecker.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
