Lembaga pemeringkat itu mengatakan penurunan peringkat karena memburuknya posisi likuiditas eksternal Sri Lanka, yang digarisbawahi oleh penurunan cadangan devisa, dibandingkan dengan pembayaran utang luar negeri yang tinggi dan aliran masuk pembiayaan yang terbatas.
"Sri Lanka memiliki pembayaran layanan utang mata uang asing sebesar USD6,9 miliar pada 2022, setara dengan hampir 430 persen dari cadangan internasional bruto resmi pada November 2021," kata Fitch dikutip dari Xinhua, Minggu, 19 Desember 2021.
Layanan utang mata uang asing kumulatif berjumlah sekitar USD26 miliar dari 2022 hingga 2026.
"Kami yakin akan sulit bagi pemerintah untuk memenuhi kewajiban utang luar negeri pada 2022 dan 2023 tanpa adanya sumber pembiayaan eksternal baru," kata Fitch.
Tanggapan Sri Lanka
Bank sentral Sri Lanka membantah langkah Fitch, dan menyebutnya sembrono. Dikatakan langkah-langkah yang memadai, termasuk menegosiasikan banyak pertukaran dengan India dan negara-negara sahabat lainnya, hampir selesai dan cadangan akan berada di atas USD 3 miliar pada akhir 2021.Bank sentral juga mengatakan akan segera menarik swap renminbi Tiongkok senilai USD1,5 miliar untuk membantu menopang cadangan.
"Perlu juga dicatat, Pemerintah telah memberikan jaminan yang jelas bahwa Sri Lanka akan menghormati semua kewajiban utang di periode mendatang, dan Sri Lanka tidak menunda satu pembayaran pun bahkan di bawah tekanan covid-19 yang parah selama dua tahun terakhir," kata bank sentral dalam sebuah pernyataan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
