Lonjakan permintaan barang konsumsi selama pandemi telah menciptakan kemacetan pasokan besar di seluruh dunia, yang berdampak pada pasokan kapal kontainer dan kotak untuk mengangkut kargo. Pejabat pelayaran dan pelabuhan memperkirakan gangguan rantai pasokan global akan meluas hingga 2022.
"Lonjakan tarif angkutan saat ini akan berdampak besar pada perdagangan dan melemahkan pemulihan sosial ekonomi, terutama di negara berkembang, hingga operasi pelayaran laut kembali normal," kata Sekretaris Jenderal UNCTAD Rebeca Grynspan, dilansir dari Channel News Asia, Jumat, 19 November 2021.
Dalam Review of Maritime Transport for 2021, UNCTAD mengatakan bahwa lonjakan tarif angkutan peti kemas saat ini, jika berkelanjutan, dapat meningkatkan tingkat harga impor global sebesar 11 persen dan tingkat harga konsumen sebesar 1,5 persen antara sekarang dan 2023.
"Dampaknya diperkirakan lebih signifikan bagi ekonomi kecil yang sangat bergantung pada barang impor untuk sebagian besar kebutuhan konsumsi mereka," katanya.
UNCTAD mengatakan pemangku kepentingan rantai pasokan maritim termasuk jalur peti kemas, pelabuhan, penyedia transportasi darat, bea cukai, dan pengirim harus bekerja sama untuk berbagi informasi dan membuat transportasi laut lebih efisien.
"Dalam menghadapi tekanan biaya dan gangguan pasar yang berkepanjangan ini, semakin penting untuk memantau perilaku pasar dan memastikan transparansi dalam hal menetapkan tarif, biaya, dan biaya tambahan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
