Kepala Divisi Pengembangan Regional Sumatera Budi Pangestu menuturkan tol listrik tersebut dibangun mulai dari Sumatera Selatan kemudian berlanjut ke Padang Sidempuan, Medan, dan berakhir di Aceh. Sumsel merupakan lumbung energi dan potensi batu bara dan minyak gas terbesar di Sumatera.
"Kita sudah existing mulai dari Sumsel dan bangun jalan tol. Ini pertama untuk evakuasi menyalurkan energi," katanya di BW Suite Hotel Belitung, Jumat, 15 Desember 2017.
Menurutnya tol listrik dibangun untuk menciptakan efisiensi dalam pendistribusian listrik di wilayah Sumatera bagian utara, khususnya dalam menurunkan Biaya Pokok Produksi (BPP).
Sebab selama ini kebutuhan listrik di sumatera bagian utara didominasi oleh pembangkit bertenaga diesel sehingga membutuhkan biaya cukup besar.
"Kalau kita sudah punya jalan tol, kalau yang punya potensi banyak kan di selatan bisa menurunkan BPP yang lebih tinggi BPP di Sumut. Misalkan di Sumut masih operasikan pembangkit BBM di Belawan kalau ini (listrik) bisa dievakuasi kesana kan pasti jauh lebih murah," tutur dia.
Berdasarkan data PLN, kemampuan produksi listrik di Sumatera bagian utara berbanding terbalik dengan kebutuhan listrik di wilayah tersebut. Di Aceh misalnya beban listrik mencapai 385 megawatt (mw) sementara kemampuan dayanya hanya sebesar 250 mw. Kebutuhan listrik di Aceh pun dipasok dari Sumatera Utara yang memiliki kemampuan 1.818 mw dengan kebutuhan 1.672 mw.
Sementara Sumatera Selatan memiliki kemampuan daya mencapai 1.300 mw dengan beban hanya 735 mw. Begitu pula dengan Bengkulu yang mempunyai kebutuhan 161 mw tapi kemampuan dayanya mencapai 236 mw.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
