"Dengan adanya gross split, pembagian investor bisa jauh lebih besar dari cost recovery. Selain itu, akan memperpendek waktu produksi. Karena tidak dibutuhkan verifikasi dan approval dari SKK Migas. Waktu produksi yang biasanya 10 tahun produksi awal, dipangka menjadi lima tahun," kata Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radi kepada Media Indonesia dikutip Minggu 10 Maret 2019.
Dirinya menyatakan, sejak skema gross split diterapkan pada 3 hingga 4 tahun belakangan, para investor terdorong untuk masuk. Hal itu membuat investasi di hulu lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Selain skema gross split, dirinya menyebutkan harga minyak yang cenderung stabil menjadikan lelang blok migas ramai dilirik.
"Fluktuasi harga minyak akan membaik. Itu menjadi faktor pendukung bagi investor, karena investasi di hulu itu investasi jangka panjang," tutupnya.
Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menyatakan prospek investasi minyak dan gas bumi (migas) tahun 2019 diproyeksikan bakal makin bergairah.
Indikasi tersebut dilihat dari animo para investor migas dalam mengakses dokumen penawaran 5 Wilayah Kerja (WK) Migas Konvensional Tahap I Tahun 2019 yang dilelang bulan lalu.
"Kelima blok yang bulan lalu dilelang, Alhamdulillah semua ada yang ambil. Ini jadi indikasi awal investasi migas di tahun 2019 bergairah. Jumlahnya berapa atau siapa saja kontraktornya, akan diumumkan nanti setelah periode lelang berakhir pada April. Yang jelas dengan lima blok ada yang mengakses, ini dapat dikatakan indikasi awal yang baik," kata Agung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
