Sekretaris Jenderal Inaplas Fajar Budiono menjelaskan, saat ini sudah ada beberapa pihak yang tertarik untuk terjun dalam sektor CTM dan MTO ini, di antaranya perusahaan Indonesia (Group SSP) yang akan bekerja sama dengan perusahaan Tiongkok, berlokasi di Kalimantan Selatan (Kalsel).
"Inaplas meluruskan bahwa perusahaan Indonesia dalam proyek ini bukan lah PT Chandra Asri Petrochemical Tbk seperti yang diberitakan oleh beberapa media cetak," ungkap Fajar dalam keterangannya, Senin (4/4/2016).
Beberapa perusahaan lain, menurut Fajar, juga telah melakukan kajian proyek serupa yang berlokasi di Sumatera Selatan (Sumsel) dan Kalimantan Tengah (Kalteng), yang juga bekerja sama dengan perusahaan lain dari Tiongkok.
Fajar menerangkan, pada saat ini Tiongkok telah berhasil mengoperasikan 700 pabrik dari bemacam-macam industri petrokimia yang berbasis batubara. Inaplas berharap agar proyek CTM dan MTO segera terwujud di Indonesia, sehingga industri petrokimia bisa mendapatkan bahan baku yang mencukupi selain naphtha.
Dia mengaku, Inaplas mendorong tumbuhnya industri petrokimia berbasis batu bara melalui proyek CTM dan MTO. Dari proyek ini bisa dihasilkan ethylene dan propylene yang dibutuhkan oleh industri petrokimia sebagai bahan baku untuk memproduksi polyethylene dan polypropylene.
"Indonesia mempunyai banyak batu bara berkalori rendah yang bisa dimanfaatkan untuk proyek ini. Alhasil bisa menggairahkan bisnis tambang batubara yang selama ini meredup. Proyek ini akan menjadi feasible apabila harga minyak mentah berkisar USD40 per barel," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
