"Untuk itu kami sepakati cost recovery-nya USD16,5," ucap Pimpinan Rapat, Mulyadi, diikuti ketukan palu sidang, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (11/2/2015).
Angka ini sesuai dengan usulan pemerintah melalui SKK Migas. Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi menjelaskan, jika cost recovery lebih rendah dari usulan awal maka akan berdampak pada produksi (lifting) minyak Indonesia yang akan semakin menurun.
Namun, angka USD16,5 miliar ini tak sejalan dengan yang telah diminta oleh Panja A Badan Anggaran yang disepakati sebesar USD14 miliar. Dia mengungkapkan, Banggar kala itu menginginkan agar cost recovery lebih rendah dari usulan awal, bahkan kalau bisa berada pada angka USD12 miliar.
Panja Banggar menilai jika cost recovery masih besar, maka penerimaan negara berkurang. Padahal, pemerintah membutuhkan biaya yang besar untuk mendanai program kerja yang sangat ambisius. Selain itu, Banggar optimistis dalam empat hingga lima bulan ke depan harga minyak dunia akan bisa kembali melaju ke angka USD70-USD75 per barel.
"Untuk cost recovery ini terlihat enggak ada extra effort, kami berpandangan acuan terakhir sebesar USD14 miliar dikurangi lagi. Kami memperkirakan sekitar USD12,5 miliar," kata Anggota Banggar, Ismayatun, dua minggu lalu.
Sekadar informasi, dalam empat tahun terakhir, yakni 2011, realisasi cost recovery mencapai USD15,2 miliar, 2012 sebesar USD15,5 miliar, 2013 mencapai USD15,919 miliar, dan 2014 sebesar USD15,13 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
