"Misalnya deterrence effect, kalau itu terjadi di floating atau floating LNG (gas alam cair terapung), maka kemudian efek pada Australia karena kita harus mengingat bagaimana sebenarnya Masela dan Barosai sebenarnya satu palung," jelas Conni, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (28/3/2016).
Connie mengaku memberi berbagai argumentasi kepada pria yang akrab disapa Jokowi itu. Ia menilai, deterrence efect (efek gentar) akan semakin besar jika Blok Masela diputuskan berada di laut.
Namun, Connie yang berseberangan dengan keputusan Presiden yang menyatakan Blok Masela dilakukan di darat akhirnya mendapat penjelasan utuh. Ia menyebut Presiden telah bicara langsung dengan rakyat setempat.
Ia mengakui adanya perbedaan pandangan namun Presiden langsung turun menyentuh rakyat dengan para ilmuwan. Rakyat menyatakan alasan-alasan kuat sehingga keputusan di darat pun diambil.
"Mereka (rakyat) menjawab 'kami bisa suplai pasir, suplai batu bara, dan lain-lain'. Dari segi itu, (keputusan) Presiden sangat tepat," tambah Connie.
Tapi, Connie tetap mengingatkan membangun multi projects di wilayah yang sangat kecil harus dibarengi dengan pemikiran soal ketahanan pulau tersebut. Pulau Yamdena merupakan pulau yang harus sangat dilindungi. Persoalan adat dan istiadat pun harus pula menjadi pertimbangan. Pembebasan tanah akan menjadi sulit.
Menurut Connie, yang saat ini harus ditekankan adalah memajukan dan membangun strategi pertahanan sehingga Blok Masela menjadi objek vital nasional yang terjaga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
