Sebelumnya memang ada dua isu yang menjadi polemik antara PLN dan konsorsium yakni kemampuan pembiayaan proyek (bankability) dan komitmen listrik yang akan diserap PLN. Hal itu menjadi persoalan dan masih terus dilakukan pembahasan mengenai jalan keluarnya.
Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan, konsorsium dan PLN sudah sepakat dengan poin-poin yang terdapat pada Request for Proposal (RFP) sehingga penandatanganan PPA sudah bisa dilakukan.
"Sesuai RFP tidak ada yang hilang. Kita kembali ke RFP," ujar Iwan, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (30/1/2017).
Iwan menjelaskan, setelah penandatanganan PPA maka proses selanjutnya adalah financial closing. Lalu, tahapan konstruksi dan beberapa tahap seperti design engineering yang dilakukan secara paralel.
"Financial closing. Satu tahun maksimum karena besar kan, tapi dalam, jadi ya sebetulnya setelah itu konstruksi dimulai tapi ada hal-hal yang dilakukan paralel misalnya design engineering yang bisa dilakukan duluan," jelas Iwan.
Kalau sesuai rencana, Iwan mengungkapkan, PLTGU dengan kapasitas 1760 megawatt (mw) ini akan beroperasi pada tahun 2020 atau sekitar 40 bulan dari sekarang. "40 bulan combine cycle. Kira-kira 2020," ucap dia.
Sekadar informasi, seharusnya, penandatanganan PPA dilakukan sore ini di Kantor Pusat PLN. Namun, karena sesuatu alasan penandatanganan tersebut mengalami kemunduran sampai besok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
