Hal tersebut disampaikan SBY, dalam pidato penandatanganan prasasti lapangan Banyu Urip, yang disiarkan dalam bentuk video saat peresmian lapangan Banyu Urip, di Bojonegoro, Rabu (8/10/2014).
"Ekonomi kita tumbuh pesat beberapa tahun ini. Negara berkewajiban untuk meningkatkan kapasitas produksi sumber energi kita, minyak, gas, batu bara, dan listrik," ujar SBY.
SBY mengakui, Indonesia membutuhkan kekuatan energi yang lebih besar namun harus memperhatikan faktor lingkungan. Sehingga energi harus diletakkan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi tapi mencapai tujuan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
"Ini tugas negara dan Dewan Energi Nasional (DEN). Untuk memastikan kita mencapai dua-duanya. Cepu punya sejarah yang panjang. Pertama kali saya menjabat, saat 20 Oktober 2004, penyelesaian masalah Cepu adalah prioritas," tukas SBY.
SBY menceritakan saat awal dirinya terlibat membahas Blok Cepu ini. Saat itu, dirinya melakukan rapat maraton dengan Pemerintah Amerika Serikat (AS).
"Saat ada silang pendapat, pemerintah Jawa Tengah dan Jawa Timur saya yang mengakurkan mereka. Bojonegoro dan Blora juga saya akurkan. Ini harus menjadi bagian penting untuk meningkatkan kapasitas produksi minyak kita," tambah SBY.
Menurut SBY, Indonesia sudah menjadi net importer, jika sebelumnya adalah net exporter. Oleh karena itu, dirinya memutuskan keluar dari OPEC karena sudah tidak revelan, di mana sumur sudah declining.
"Kita mau lakukan ekspolorasi lagi, on shore maupun off shore. Insya Allah dalam waktu tidak lama, lapangan Banyu Urip bisa ditingkatkan jadi maksimal produksi 165 ribu bph. Saya ingin kita punya tekad bersama untuk menjadi bagian solusi dan menyelesaikan semua permasalahan energi bersama-sama," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
