"Kalaupun ada hanya di kios tertentu dan harganya pun mahal," kata Ros, seorang warga di Desa Jonoge, Kecamatan Sigibiromaru, Kabupaten Sigi, dikutip dari Antara, Kamis 29 Juni 2017.
Ia mengatakan, di pangkalan pengecer resmi, stok elpiji bersubsidi kosong. Tetapi di tingkat pengecer persediaan elpiji 3kg justru cukup banyak.
"Tapi ya harganya yang jauh diatas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah," kata ibu rumah tangga itu.
Keluhan senada juga disampaikan Markus, warga Biromaru. Ia juga mengatakan elpiji bersubsidi di wilayahnya sangat langka.
"Kalau di tingkat pangkalan, sudah beberapa hari ini kosong," kata dia.
Di beberapa kios stok elpiji masih banyak, namun harganya melambung tinggi. Para pengecer menjual elpiji 3kg rata-rata Rp35.000 per tabung. Sementara HET elpiji 3kg yang ditetapkan pemerintah berkisar Rp16.000 per tabung.
Oleh karena itu, mereka mendesak pihak PT Pertamina dan juga Pemkab Sigi untuk melakukan sidak ke pangkalan.
Pengecer, kata Markus, mendapatkan elpiji bersubsidi dari pangakalan karena Pertamina melalui agen/distributor mendistribusikan ke pangkalan, bukan pengecer. Namun, akan menjadi pertanyaan jika stok tersedia di kios pengecer ketimbang di pangkalan.
"Mungkin saja pangkalan melayani pengecer demi mendapatkan keuntungan besar," kata Markus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
