Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Muhammad Faisal mengatakan masyarakat butuh jawaban bagaimana permasalahan energi dibawa untuk mendorong perekonomian nasional.
Dia mengatakan dalam bauaran energi nasional yang disusun rencana umum energi nasional (RUEN) pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) ditargetkan semakin meningkat. Di 2025 pemanfaatan EBT diharapkan bisa menyumbang porsi 23 persen. Sedangkan penggunaan energi fosil akan berkurang sejalan juga dengan produksi dan suplai minyak yang lambat laun makin berkurang.
"Jadi bagaimana mendorong EBT, karena minyak akan habis. EBT jenisnya dan potensinya sangat banyak. Ini jadi satu fokus penting di debat capres," kata Faisal dalam sebuah diskusi di Hongkong Cafe, Jakarta Pusat, Jumat, 15 Februari 2019.
Dia mengatakan selisih antara produksi dan konsumsi energi fosil makin lebar. Produksi makin turun namun konsumsi energi makin naik. Kegiatan eksplorasi serta revitalisasi kilang minyak masih relatif stagnan meski dalam beberapa tahun terakhir memang sudah ada upaya untuk akselerasi namun belum membuahkan hasil.
Oleh karenanya capres diminta untuk menawarkan solusi terkait kondisi tersebut. Bagaimana cara mereka untuk meningkatkan produksi atau setidaknya tidak cepat menurun. Sebab untuk menekan konsumsi tidaklah mungkin di tengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Ini jadi tantangan terbesar pemimpin ke depannya. Dalam ruen target kita enggak impor BBM lima tahun ke depan, bagaimana cara mereka mewujudkannya," jelas Faisal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
