Jika dilihat dengan baik, gross marjin penjualan lahan industri mencapai sebesar 70 persen-75 persen, dibanding dengan gross marjin penjualan kawasan residensial hanya 50 persen.
Investor Relation DILD, Nathan Tanugraha, menjelaskan mengapa gross marjin di penjualan kawasan industri lebih besar, karena pertumbuhan harga jual di kawasan industri lebih cepat, jika dibanding pertumbuhan harga jual residensial.
"Gross marjin kawasan industri jauh lebih baik, jika dibanding penjualan lahan residensial. Itu yang sudah terjadi saat ini," kata Nathan, di Surabaya, Kamis (6/11/2014).
Dia menjelaskan, pengembangan kawasan lahan industri ini dijalankan, setelah melihat portofolio lahan industrinya di kawasan industri Ngoro. Lanjut Nathan, lahan kawasan industri baru akan dikembangkan dengan lahan seluas 500 hektare (ha). Sampai saat ini perseroan baru berhasil mengakuisisi lahan seluas 100 ha.
"Ekspansi yang dijalankan, karena didasari hampir selesainya penjualan lahan di Ngoro," ungkapnya.
Sekretaris Perusahaan Intiland, Theresia Rustandi mengatakan, pertumbuhan harga jual lahan di kawasan industri yang disebut Ngoro dua ini dapat mencapai 15-20 persen. Harga jual untuk periode Desember 2013 mencapai Rp1,2 juta per meter persegi. Angka itu mengalami peningkatan jika dibandingkan harga pada bulan Juli 2013 sebesar Rp1,1 juta per meter persegi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
