Direktur Keuangan PPRE Benny Pidakso menuturkan pendapatan perusahaan diproyeksikan meningkat signifikan pada 2019. Tahun politik dinilai tak berpengaruh pada pertumbuhan bisnis kontraktor pekerjaan sipil dan struktur bangunan.
"Di 2019, pertumbuhan bisnis kami targetkan antara 20 hingga 30 persen baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih," ujar Benny, sepeti dikutip dari keterangan resminya, di Jakarta, Rabu, 6 Maret 2019.
Segmen pekerjaan infrastruktur, kata Benny, mampu berkontribusi hampir 60 persen terhadap total pendapatan. Proyek-proyek infrastruktur yang sedang dikerjakan PPRE antara lain adalah proyek jalan tol Pandaan-Malang yang diharapkan selesai tahun ini. Kemudian, proyek jalan tol Manado-Bitung, dan jalan tol di Dumai.
Aanak usaha PT PP Tbk (PTPP) itu juga membidik perolehan kontrak baru sekitar Rp5-6 triliun pada tahun ini. Adapun sepanjang 2018, PPRE telah membukukan kontrak baru sekitar Rp5 triliun. Untuk mencapai target kontrak baru, PPRE telah menyiapkan strategi bisnis.
Strategi itu yakni PPRE akan mengikuti secara langsung proses tender yang dilakukan baik oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun pemerintah. Dalam mengikuti tender, lanjut Benny, ada batasan nilai proyek yang menjadi perhatian agar tidak bersinggungan dengan PTPP selaku induk usaha.
PPRE hanya akan mengikuti tender langsung untuk proyek-proyek bernilai di bawah Rp200 miliar. Pasalnya, untuk tender proyek dengan nilai di atas Rp200 miliar akan diikuti oleh PTPP.
"Itu sudah kami lakukan di Angkasa Pura dan Pelindo II untuk proyek runway Bandara Minangkabau di Padang. Kami juga dapat proyek pengerjaan jalan di Jawa Timur untuk Kementrian PUPR," paparnya.
Strategi lainnya, kata Benny, dengan mengoptimalkan pasar yang ada di PTPP. Jika PPRE memperoleh antara 5-10 persen saja dari total nilai kontrak baru yang diperoleh PTPP yang jumlahnya hampir mencapai Rp50 triliun, PPRE akan memperoleh tambahan kontrak baru sekitar Rp5 triliun.
Adapun upaya untuk mendongkrak perolehan kontrak baru terkait dengan rencana pengembangan bisnis PPRE juga menjadi strategi prioritas. PPRE mendorong entitas anak yakni PT Lancarjaya Mandiri Abadi (LMA) untuk menggarap bisnis pertambangan.
LMA diarahkan menangani pekerjaan jasa di sektor pertambangan dengan menyasar pangsa pasar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Menurut Benny PPRE ingin tumbuh secara non organik melalui akuisisi perusahaan di bidang soil improvement dan pondasi. Aksi korporasi ini diharapkan dapat rampung pada semester I-2019.
Dengan mengambil alih kepemilikan saham tersebut, PPRE mengincar pekerjaan-pekerjaan geotech yang banyak dibutuhkan pada pembangunan bandara, pelabuhan dan pembangunan di atas lahan labil yang selama ini banyak dikerjakan oleh pemain-pemain asing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News