Dari capaian tersebut, kontrak terbesar berasal dari pembangunan gedung Bank Mandiri cabang Wijaya Kusuma, Jakarta sebesar Rp207,3 miliar. Direktur Keuangan ADHI Enthus Asnawi menjelaskan capaian kontrak lebih rendah karena dampak pemilu 2019.
"Kontrak lebih rendah karena bersifat siklikal, karena tahun Pemilu. Diharapkan tahun depan lebih tinggi lagi," kata Enthus dalam konferensi pers di Gedung BEI, Jakarta, Rabu, 21 Agustus 2019.
Perusahaan mencatat kontribusi kontrak pada bulan Juli didominasi oleh lini bisnis konstruksi dan energi sebesar 80,7 persen. Sementara sisanya berasal dari lini bisnis properti sebesar 19,1 persen dan bisnis lainnya sebesar 0,2 persen.
Untuk tipe pekerjaan pada kontrak baru sebesar 74,6 persen berasal dari proyek gedung, diikuti proyek infrastruktur lainnya seperti pembuatan bendungan, bandara, jalur kereta api proyek-proyek EPC sebesar 21,8 persen, serta kontribusi proyek jalan dan jembatan sebesar 3,6 persen.
Berdasarkan segmentasi sumber dana realisasi kontrak baru ,perusahaan mencatat sebesar 75,6 persen berasal dari BUMN, sementara 16,8 persen dari pemerintah dan 7,6 persen dari swasta.
Dalam laporan keuangan ADHI semester I-2019, perusahaan mencatat laba bersih sebesar Rp215 miliar, naik 1,08 persen dari periode sebelumnya sebesar Rp212,7 milliar.
Pada paruh pertama 2019, perusahaan mencatat pendapatan sebesar Rp5,42 triliun, turun 10,8 persen dari capaian sebelumnya Rp6,08 triliun. Laba kotor perusahaan juga lebih rendah dari Rp923 miliar menjadi Rp854 miliar.
Perusahaan juga mencatat aset, liabilitas, dan ekuitas hingga akhir Juni masing-masing sebesar Rp31,39 triliun, Rp25,01 triliun, dan Rp6,38 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
