"Optimistis pendapatan tumbuh minimal 7 persen pada 2015, setara dengan pertumbuhan industri seluler di Tanah Air," kata Wakil Dirut XL Dian Siswarini, saat paparan dalam Media Gathering XL dan Paparan Target 2015 di Lombok, Mataram, Kamis (26/2/2015).
Menurut Dian, saat bersamaan XL juga membidik laba bersih sama dengan yang diproyeksikan oleh industri. Adapun, beberapa faktor pendukung pencapaian pertumbuhan kinerja tersebut, kata Dian adalah dampak dari akuisisi XL atas Axis pada tahun 2014. "Dampaknya (akuisisi) akan positif terhadap kinerja keuangan, dari tahun lalu yang mengalami kerugian," ujarnya.
Menurut catatan, pada tahun 2014 XL membukukan kerugian sebesar Rp891 miliar berbanding terbalik dengan 2013 yang untung sebesar Rp1,03 triliun. Ketika itu terdapat tiga pemicu kerugian karena akuisisi pembelian Axis senilai USD865 juta dan rugi selisih kurs sebesar Rp1,35 triliun, dan beban bunga.
Dia menambahkan, untuk dampak dari akuisisi Axis bagi XL akan benar-benar terasa pada kinerja keuangan 2016. "Kami akan optimalkan spektrum yang didapat dari Axis. Jika menjalankan 4G, itu butuh kapasitas walau cost per unit bandwidth lebih murah. Di sinilah akan terasa dampak akuisisi Axis," tukasnya.
Memasuki tahun 2015, XL mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp7 triliun, dengan sumber pendanaan yang diharapkan dari kas internal, pinjaman, serta mengkaji beberapa opsi yang mungkin dilakukan, seperti right issue (penerbitan saham baru) atau pelepasan aset.
"Kalau rihgt issue dan pelepasan aset, sedang kami kaji terlebih dahulu," cetusnya.
Adapun penggunakan capex rencananya belanja modal akan dialokasikan sebagian besar untuk membangun sekitar 5.000-7000 BTS dimana strategi pembangunan dengan melihat potensi, kebutuhan, dan ekosistem di daerah yang akan dibangun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
