Sekretaris Perusahaan Bank Artos Indonesia Deddy Triyana menjelaskan, dalam melaksanakan book building, saham perseroan diserap dengan baik oleh pelaku pasar (investor). Namun, pada saat IPO saham perseroan justru mengalami kelebihan permintaan.
"Kami terus bersyukur respons IPO cukup positif. Hal itu terlihat saham Bank Artos pada saat book building cukup tinggi," urai Deddy, ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (12/1/2015).
Dalam hal ini, jelas Deddy, investor ritel lebih banyak dominan yang menyerap saham Bank Artos bila dibandingkan investor institusi. Secara komposisi, investor ritel mendominasi sebanyak 74,76 persen, dan sisanya investor institusi memiliki porsi sebanyak 25,24 persen.
"Dominan banyak investor ritel yang serap saham kita, sebanyak 74,76 persen saham dari total seluruh saham yang dilepas di bursa," pungkas Deddy.
Sekadar informasi, Bank Artos menjadi emiten pertama yang listing di 2016. Perseroan melantai di bursa dengan melepas 241,2 juta saham atau setara 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Pada saat pembukaan perdagangan di BEI, Jakarta, Selasa 12 Januari, saham ARTO melesat ke posisi Rp149 per saham, dari saham yang ditawarkan Rp132 per saham. Posisi tertinggi Rp150 per saham, sedangkan yang terendah di posisi Rp145 per saham. Frekuensi mencapai 56 kali, volume 17 ribu dengan nilai mencapai 263 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
