"Jadi itu masalah psikologis pasar yang memang bergerak terus tiap detik, tiap saat, tergantung cerita yang berkembang di pasar," kata Suahasil di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa, 28 Januari 2020.
Suahasil menjelaskan virus mematikan tersebut bisa berdampak lebih luas kepada pergerakan ekonomi dunia. Namun sejauh ini penyebaran virus korona hanya menyebabkan penurunan psikologis pasar sehingga ekspektasi ke depan terpengaruh.
"Kalau ceritanya sekarang bahwa yang namanya ada faktor virus yang memengaruhi besarnya pertumbuhan, gerak ekonomi dunia berkurang. Itu membuat ekspektasi ke depan, kalau lebih rendah psikologisnya," jelas dia.
Menurut Suahasil beberapa negara telah bersiap mengantisipasi penyebaran virus korona yang lebih luas. Sementara jika ekonomi Tiongkok mengalami perlambatan, maka bisa saja dampaknya bisa berpengaruh luas ke negara-negara lainnya.
"Tiongkok pertumbuhan ekonominya sudah 6,1 persen. Pertumbuhannya 6,1 (persen), terus ada korona virus pertumbuhannya apakah lebih rendah? Nanti kita lihat. Kalau ini menyebar lebih cepat, pertumbuhan ekonominya lebih rendah," pungkasnya.
Virus korona tipe Novel Coronavirus (2019-nCoV), pertama kali terungkap di kota Wiuhan. Virus korona jenis terbaru ini telah menewaskan 106 orang dan menginfeksi lebih dari 4.000 orang.
Pemerintah Tiongkok melakukan upaya pencegahan dengan menutup akses ke beberapa kota yang memiliki korban terinfeksi paling banyak, salah satunya Wuhan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
