Menurut Direktur Utama Bank BJB Ahmad Irfan, penurunan laba dikarenakan beberapa hal, terutama adanya pengetatan likuiditas pada akhir 2016. Akhirnya, berdampak terhadap kenaikan biaya dana perusahaan.
"Turun laba banyak penyebabnya, dinamika. 2016 dana murah banyak, tapi akibat efek domino 2016 akhir. Likuiditas ketat, kita tarik dana mahal jadi bayar itu. Juga rencana pemerintah target bunga single digit, NIM turun," kata Irfan, ditemui pada saat acara 'Analyst Meeting dan Paparan Publik Kinerja Kuartal II-2017 Bank BJB' di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Senin 28 Agustus 2017.
Porsi Dana Pihak Ketiga (DPK), bilang Irfan, tumbuh 15,6 persen mennjadi Rp85,4 triliun. Sedangkan tingkat kredit naik 12,9 persen secara tahunan menjadi Rp68,2 triliun di Juni 2017. Keadaan itu membuat total aset perseroan sebesar Rp85,4 triliun, atau meningkat 15,6 persen secara setahunan.
"Industri kredit tumbuh 7,77 persen, 2016 kan 9 persen. Kita tumbuh di atas industri. Tren peningkatan kinerja berhasil kita jaga dengan baik, sehingga kami tetap optimistis tahun 2017 ini akan mampu kita lalui dengan catatan kinerja yang membanggakan," jelas dia.
Adapun rasio keuangan lainnya, seperti rasio kredit bermasalah juga turun terus menjadi 1,57 persen, rasio kecukupan modal (CAR) di level 16,3 persen, rasio kredit terhadap DPK (LDR) 85,9 persen, marjin bunga bersih (NIM) 6,8 persen, return on assets (ROA) 1,8 persen dan return on equity (ROE) 17,3 persen.
"Diharapkan dengan itu bank BJB tetap eksis di masa yang akan datang dan dapat masuk dalam jajaran 10 besar bank nasional yang berkinerja baik. Saat ini, bank BJB telah berada dalam daftar 14 bank terbesar dari total 118 bank nasional," tutup Irfan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
