Euro diperdagangkan flat di US$1,3131 dibandingkan sebelumnya yang menempati posisi US$1,3119. Bahkan, euro berada di level terendah sejak satu tahun terakhir ini.
Seperti dikutip Reuters, Selasa (2/9/2014), mata uang umum itu diperkirakan akan tetap di bawah tekanan hingga menjelang pertemuan kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB).
Selain itu, banyak pelaku pasar ketar ketir karena tidak mengharapkan ECB untuk mengambil langkah-langkah pelonggaran kebijakan pada pekan ini. Sehingga mereka bisa sedikit bersiap-siap untuk langkah-langkah kebijakan baru lebih lanjut dengan bank sentral.
Investor pun menganggap hal ini hanya permasalahan waktu. Investor bukan sedang dalam menghadapi risiko pertumbuhan zona euro yang ditimbulkan oleh konflik Ukraina dan inflasi yang rendah.
"Minggu ini mungkin mulai menandai pergeseran terbesar dalam kebijakan moneter global sejak 'Abenomics' saat pengangkatan Haruhiko Kuroda untuk mengepalai BOJ," ujar ahli strategi ekuitas di Jefferies.
Penurunan tingkat inflasi Eropa, jatuhnya hasil bund Jerman, dan panggilan presiden ECB terhadap pertumbuhan kebijakan fiskal yang ramah menunjukkan bahwa Eropa akhirnya bergerak menuju pelonggaran kebijakan kuantitatif.
Mata uang dolar, didorong oleh mata uang euro yang lesu, sedikit berubah ke level 104,37 yen. Fokus pada laporan ISM manufaktur AS yang akan dirilis hari ini, mungkin menunjukkan AS secara bertahap melonggarkan kebijakan kuantitatif.
Di sisi lain, pasar mata uang juga akan mengawasi kebijakan Reserve Bank of review Australia, meskipun reaksi dolar Australia akan sedikit reaktif karena adanya kemungkinan perubahan suku bunga hanya sekitar nol.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
