Laba bersih BTPN (net profit after tax/NPAT) tumbuh 17 persen dari Rp935 miliar pada semester I-2017 menjadi Rp1,09 triliun pada semester I-2018.
Direktur Utama BTPN Jerry Ng mengatakan beberapa inovasi dilakukan untuk mencetak laba. Beberapa di antaranya untuk membangun platform BTPN Wow! dan Jenius. Hingga akhir Juni 2018, BTPN Wow! telah memiliki 5,24 juta nasabah yang dilayani oleh lebih dari 213 ribu agen, sementara jumlah pengguna Jenius telah mencapai lebih dari 700 ribu nasabah.
Sedangkan transformasi digulirkan dengan mengubah konsep pelayanan nasabah dari bank-centric, menjadi customer-centric. Perubahan tersebut tecermin pada penggunaan platform digital (digitalisasi) dalam existing business yang mencakup pengembangan alternative channels, integrasi cabang, otomasi proses, transformasi infrastruktur IT, dan pelatihan (retraining) karyawan.
"Meski lebih efisien, bukan berarti kualitas pelayanan kami menjadi turun," kata Jerry seperti dikutip dalam keterangan resminya, Rabu, 18 Juli 2018.
Tercatat, transformasi dan inovasi digital berhasil menurunkan biaya operasional sebesar 12 persen (year on year/yoy), dari Rp2,73 triliun pada Juni 2017 menjadi Rp2,40 triliun pada Juni 2018. Hal ini berdampak pada rasio biaya terhadap pendapatan (cost to income ratio/CIR) yang mencatatkan penurunan dari 63 persen menjadi 54 persen pada kurun yang sama.
"Melalui transformasi digital ini, jaringan layanan nasabah bertambah luas dengan kualitas yang tetap terjaga, meski jumlah kantor cabang berkurang dan organisasi menjadi lebih ramping," jelas Jerry.
Kredit Tumbuh Hanya 2%
Lebih lanjut, BTPN mencatat penyaluran kredit pada semester I-2018 hanya tumbuh dua persen dari Rp66,3 triliun menjadi Rp67,8 triliun.
Penyaluran kredit tetap diimbangi dengan asas kehati-hatian yang tercermin dari tingkat rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) sebesar 1,13 persen. Adapun rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 24,1 persen.
Selain fokus mengembangkan platform digital, BTPN juga tetap menjaga komitmennya dalam memberdayakan dan meningkatkan kapasitas nasabah melalui Program Daya, yakni kegiatan pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan dan terukur. Untuk menciptakan aktivitas pendampingan yang lebih luas dan efektif, BTPN juga mengimplementasikan Program Daya secara digital.
Sejalan dengan laju pertumbuhan kredit, BTPN memupuk likuiditas secara lebih seimbang. Total pendanaan (funding) meningkat dua persen dari Rp78,5 triliun pada akhir Juni 2017 menjadi Rp80,3 triliun pada akhir Juni 2018. Dari jumlah tersebut, komposisi dana pihak ketiga meningkat empat persen dari Rp69,4 triliun menjadi Rp72 triliun.
Sedangkan pinjaman pihak lain turun tujuh persen dari Rp9,03 triliun menjadi Rp8,35 triliun. Rasio likuiditas (loan to funding ratio/LFR) berada di level yang aman sebesar 84 persen. Sementara aset tercatat tumbuh tiga persen menjadi Rp99,9 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News