"Defisit neraca perdagangan di Jatim terjadi secara kumulatif selama 2021 ini. Defisit selama Januari-Februari mencapai USD389,26 juta," kata Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan, di Surabaya, Senin, 15 Maret 2021.
Menurut Dadang, defisit neraca perdagangan selama awal 2021 terjadi karena sumbangsih dari perdagangan ekspor-impor, baik di sektor migas maupun di sektor nonmigas yang sama-sama defisit.
"Dari kondisi ini, kinerja kedua sektor (migas maupun nonmigas), perlu lebih ditingkatkan agar neraca perdagangan Jatim surplus di periode berikutnya," katanya.
Dadang menjelaskan, nilai ekspor Jatim di tengah pandemi covid-19 pada Februari 2020 mencapai USD1,70 miliar, dan impor Jatim pada bulan yang sama mencapai USD1,87 miliar. Sementara ekspor dari Jatim selama Januari-Februari 2021 hanya senilai USD3,23 miliar, dan impor ke Jatim pada kurun waktu yang sama mencapai USD3,62 miliar.
Kemudian ekspor-impor di sektor migas mengalami defisit mencapai USD143,99 juta pada Februari 2021. Sedangkan untuk ekspor-impor di sektor nonmigas mengalami defisit sebesar USD25,99 juta.
Secara kumulatif, defisit ekspor-impor sektor migas pada Januari dan Februari 2020 mencapai USD349,64 juta. Sedangkan defisit di sektor nonmigas mencapai USD39,61 juta.
"Sebenarnya bila dibandingkan dengan Januari 2021, baik perdagangan ekspor maupun impor di Jatim pada Februari kemarin meningkat. Ekspornya naik 11,05 persen, impor juga naik 6,85 persen," tambahnya.
Meski nilai ekspor dari Jatim pada Februari 2021 meningkat dibandingkan Januari 2021, ekspor dari Jatim merosot mencapai 14,46 persen bila dibandingkan Februari 2020. Demikian juga dengan kinerja impor ke Jatim, meski pada Februari 2021 nilainya meningkat dibandingkan Januari, bila dibandingkan Februari 2020 lalu, turun sebanyak 5,15 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
