Salah satunya adalah gandum. Rusia dan Ukraina adalah penghasil gandung terbesar di dunia. Sekitar 30 sampai 40 persen produksi gandum yang didistribusikan di negara-negara di dunia terdapat di kedua tersebut.
Serangan terbaru Rusia ke pelabuhan Odesa sehari setelah kesepakatan dimulainya kembali ekspor melalui perairan Ukraina di Laut Hitam membuat gandum menjadi langka. Odessa adalah satu dari tiga lokasi ekspor gandum yang sudah ditetapkan dalam perjanjian di Istanbul.
Sejumlah pejabat Ukraina mengatakan komoditas gandum berada di pelabuhan Odessa pada saat serangan, namun untungnya tidak sampai terkena hantaman rudal. Sebagai informasi, sebelumnya 96 persen gandum Ukraina diekspor melalui Laut Hitam.
| Baca juga: Fasilitas Gandum di Pelabuhan Odessa Diserang, Zelensky: Rusia Ingkar Janji |
Seperti diketahui gandum merupakan bahan baku mi instan. Situasi ini otomatis membuat harga mi instan naik.
“25 juta ton makanan saat ini tersendat – menyebabkan naiknya harga makanan pokok di seluruh dunia, termasuk mi instan di Indonesia. Harga mie instan melonjak di Indonesia karena perang Putin terhadap Ukraina. ” tulis siaran pers British Embassy Jakarta, Jumat, 29 Juli 2022.
Kenaikan harga mi instan tidak bisa dihindari
Beberapa waktu lalu Kepala Staf Presiden Moeldoko menyampaikan bahwa kenaikan harga mi instan tidak bisa dihindari. Situasi perang Rusia-Ukraina saat ini membuat harga turunan gandum, seperti mi instan naik. Ini tentu menjadi kabar buruk bagi pecinta mi instan dan anak kosan."Harga supermie, harga indomie akan naik, nggak bisa dihindari," kata Moeldoko dalam Seminar Wawasan Kebangsaan: Strategi Pemerintahan Jokowi Keamanan Nasional, seperti dikutip Medcom.id, Jumat, 29 Juli 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
