Jakarta: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Tutuka Ariadji untuk mewujudkan visi Indonesia dalam meningkatkan produksi minyak sebesar satu juta barel per hari (bph) yang ditargetkan pada 2030. Pernyataan tersebut dilontarkan Arifin usai melantik Tutuka.
"Saya minta Dirjen Migas untuk membantu saya dalam mewujudkan beberapa program strategis untuk mewujudkan rencana jangka panjang pemenuhan target satu juta barel," kata Arifin di Jakarta, Jumat, 6 November 2020.
Arifin membeberkan beberapa tugas yang mesti dilakukan Guru Besar Ilmu Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, antara lain mempertahankan tingkat produksi existing yang tinggi. Artinya produksi saat ini tidak boleh turun dan harus meningkat.
Kemudian melakukan transformasi sumber daya atau produksi dengan menggunakan teknologi enhanced oil recovery (EOR) serta melakukan eksplorasi secara masif untuk penemuan baru.
Peningkatan produksi minyak akan menekan laju impor BBM serta LPG yang selama ini membebani devisa negara. Selain itu pengurangan impor juga dilakukan dengan cara mendorong percepatan pembangunan infrastruktur kilang serta pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) secara masif.
"Serta mendorong pembangunan kilang dan petrokimia, melaksanakan kebijakan penyesuaian harga gas sebagai upaya peningkatan pemanfaatan dalam negeri serta percepatan pertumbuhan ekonomi dan daya saing nasional," jelas Arifin.
Tutuka lolos dalam seleksi atau lelang terbuka yang diadakan oleh Kementrian ESDM dan dipilih langsung oleh Tim Penilai Akhir (TPA) di level Istana Negara. Tutuka menggantikan posisi Djoko Siswanto yang dicopot sebagai Dirjen Migas oleh Menteri ESDM periode 2014-2019 Ignasius Jonan pada 12 Juli 2019. Selama ini, kekosongan kursi Dirjen Migas sementara diisi oleh Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial yang menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Migas.
"Saya minta Dirjen Migas untuk membantu saya dalam mewujudkan beberapa program strategis untuk mewujudkan rencana jangka panjang pemenuhan target satu juta barel," kata Arifin di Jakarta, Jumat, 6 November 2020.
Arifin membeberkan beberapa tugas yang mesti dilakukan Guru Besar Ilmu Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, antara lain mempertahankan tingkat produksi existing yang tinggi. Artinya produksi saat ini tidak boleh turun dan harus meningkat.
Kemudian melakukan transformasi sumber daya atau produksi dengan menggunakan teknologi enhanced oil recovery (EOR) serta melakukan eksplorasi secara masif untuk penemuan baru.
Peningkatan produksi minyak akan menekan laju impor BBM serta LPG yang selama ini membebani devisa negara. Selain itu pengurangan impor juga dilakukan dengan cara mendorong percepatan pembangunan infrastruktur kilang serta pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) secara masif.
"Serta mendorong pembangunan kilang dan petrokimia, melaksanakan kebijakan penyesuaian harga gas sebagai upaya peningkatan pemanfaatan dalam negeri serta percepatan pertumbuhan ekonomi dan daya saing nasional," jelas Arifin.
Tutuka lolos dalam seleksi atau lelang terbuka yang diadakan oleh Kementrian ESDM dan dipilih langsung oleh Tim Penilai Akhir (TPA) di level Istana Negara. Tutuka menggantikan posisi Djoko Siswanto yang dicopot sebagai Dirjen Migas oleh Menteri ESDM periode 2014-2019 Ignasius Jonan pada 12 Juli 2019. Selama ini, kekosongan kursi Dirjen Migas sementara diisi oleh Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial yang menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Migas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
