Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pencairan pinjaman itu sudah diterima PT KAI sejak 7 Februari 2024 lalu.
Pencairan pinjaman itu terbagi menjadi dua, yakni fasilitas A sebesar USD230,99 juta atau setara Rp3,6 triliun (asumsi kurs Rp15.609 per USD). Sementara untuk fasilitas B sebesar USD217,08 juta atau setara Rp3,38 triliun. Dengan begitu total pinjaman itu mencapai sekitar Rp6,9 triliun
"PT Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki kewajiban pembayaran utang kepada China Development Bank," demikian bunyi surat di keterbukaan informasi BEI dikutip dari Investing.com, Jumat, 16 Februari 2024.
Adapun pencairan tersebut langsung diteruskan ke PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) pada 7 Februari 2024.
| Baca juga: Libur Panjang Imlek dan Isra Mikraj, KCIC Catat Jumlah Penumpang Naik 50% |
Cari pinjaman tutup pembengkakan biaya
Sebelumnya, dalam proposal penawaran yang disampaikan Pemerintah Tiongkok ke Indonesia pada 2015 lalu, Negeri Tirai Bambu menawarkan biaya pembangunan proyek hanya USD5,13 miliar.
Namun, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan biaya itu kemudian membengkak hingga mencapai USD1,2 miliar atau sekitar Rp18,24 triliun (asumsi kurs Rp15.200 per USD).
"Kita sepakat dengan angka cost overrun USD1,2 billion (miliar). Ini yang sedang kita rapikan," ujar Tiko, sapaan akrabnya, dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, tahun lalu.
Untuk menutupi pembengkakan biaya itu, pemerintah sepakat untuk mencari pinjaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
