Ilustrasi. Medcom.id
Ilustrasi. Medcom.id

Indonesia Butuh 9 Juta Tenaga IT

Medcom • 23 September 2022 19:00
Jakarta: Indonesia disebut membutuhkan 9 juta tenaga profesional digital selama periode 2015-2030. Sayangnya, tenaga baru di bidang IT yang berhasil dicetak perguruan tinggi belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan tersebut.
 
Berdasarkan catatan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), kebutuhan tenaga kerja di TIK diperkirakan bakal terus meningkat. Proyeksi kebutuhannya pada tahun ini sebanyak 1,23 juta orang. Jumlahnya diperkirakan naik 21,4 persen menjadi sebanyak 1,49 juta orang pada 2023.
 
Meski demikian, jumlah tenaga ahli di bidang IT di tanah air masih jauh dari permintaan, baik dari kualitas maupun kuantitas. Menurut riset McKinsey Indonesia membutuhkan 9 juta tenaga profesional digital selama periode 2015-2030. Artinya, setiap tahun Indonesia harus melahirkan 600 ribu lulusan digital.
 
Dari kebutuhan tersebut, perguruan tinggi di Indonesia hanya mampu memenuhi sekitar 100 ribu – 200 ribu lulusan digital, artinya ada kesenjangan sekitar 400 ribu – 500 ribu lulus digital. Kekurangan tersebut berpotensi menghambat proses transformasi digital perusahaan di berbagai industri, termasuk perbankan.
 
Dengan skill gap digital yang masih sangat besar di Indonesia, masih diperlukan keselarasan antara perguruan tinggi, vokasi, serta lembaga pendidikan lainnya agar bisa memenuhi kebutuhan industri digital yang terus berkembang.  
 
Google Indonesia memperkirakan bahwa ekonomi digital negara akan bernilai sekitar Rp 1,7 kuadriliun atau $ 124,1 miliar pada tahun 2025 (tiga kali lipat dari tahun 2020 dengan nominal Rp 548,2 triliun). Menurut laporan terbaru oleh perusahaan konsultan strategi AlphaBeta, karyawan dengan keterampilan digital memiliki potensi untuk berkontribusi lebih dari Rp 4 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2030.
 
CEO & Founder Refocus Education Project Roman Kumay Vyas mengatakan, Indonesia memiliki lebih dari 17 ribu pulau, kondisi geografi Indonesia menentukan pengembangan IT serta aksesibilitas layanan dan teknologi.
 
“Kami memperkirakan kebutuhan tenaga digital dalam dua tahun ke depan akan sangat besar. 40% dari pertumbuhan lowongan pekerjaan,” katanya
 
Vyas menyebut tiap sumber daya manusia harus memiliki kesempatan mendapat edukasi yang baik serta keterampilan yang mumpuni, sehingga tenaga mereka terserap dan mendapat penghasilan yang besar.
 
“Kami sendiri mengutamakan pengembangan Refocus secara regional, tim kami menetapkan misi untuk mampu melatih lebih dari 1 juta profesional di level internasional yang mampu menyelesaikan berbagai pekerjaan ambisius,” katanya.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id

(FZN)



LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif