Pengamat Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Prima Gandhi mengatakan perlambatan ekonomi akibat pandemi covid-19 telah meningkatkan jumlah pengangguran karena adanya pemutusan hubungan kerja (PHK). Dalam industri hasil tembakau, ketika terjadi penurunan produksi maka banyak pihak yang menjadi korban.
"Kerugian ya pasti tenaga kerja dan bahan baku. Kalau bahan baku ke petani, ke tenaga kerja ya kenanya ke para buruh. Cukai naik, pasti yang ditekan perusahaan adalah tembakaunya yang dari petani," kata dia kepada wartawan, Jumat, 17 September 2021.
Menurut dia, ketika tarif cukainya naik maka perusahaan harus menjaga produksinya agar biayanya tidak tinggi. Oleh karena itu, ia berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan nasib petani tembakau dan cengkih karena dalam situasi seperti ini mereka yang akan paling terdampak kebijakan kenaikan cukai.
"Petani lah yang jadi korbannya, belum lagi korban keadaan alam seperti musim hujan yang panjang. Nasib petani tidak akan sejahtera kalau hasil tembakaunya tidak laku," ungkapnya.
Ketua Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) Budidoyo mengatakan keprihatinannya akan kenaikan tarif CHT yang secara progresif setiap tahun. Menurutnya, kebijakan pemerintah terhadap IHT selama ini seringkali berat sebelah. Padahal IHT telah memberikan penerimaan negara lewat cukai yang terbilang besar.
"Semua prihatin di masa pandemi serba sulit ini tapi kita di sektor IHT dituntut memberikan sumbangsih yang besar. Pemerintah harusnya berikan kelonggaran. Kami bukan semata-mata menyuarakan, mengingat masyarakat yang mengadu nasib di IHT yang paling merasakan kenaikan cukai ini," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
