Hal ini disampaikannya dalam forum Urban 20 (U20) yang merupakan pertemuan bagi para pemerintah kota di negara G20. Pertemuan ini bertujuan membawa masalah perkotaan ke agenda Presidensi G20, sehingga bisa dirumuskan kebijakan yang tepat.
"Kedekatan, kepadatan, heterogen itu ada di kota. Jadi kenapa (orang) pindah ke kota? Karena peluang hidup lebih baik itu berkumpulnya di urban," kata dia sebagai Co-Chairs pada Outreach Groups U20 Presidensi G20, Kamis, 17 Februari 2022.
Ia menambahkan, kemajuan ekonomi di kawasan urban memang menimbulkan persoalan tersendiri. Namun adanya forum G20 ini diharapkan menjadi momentum untuk menyelesaikan masalah di kawasan urban, misalnya terkait dengan pengembangan ekonomi hijau.
"Karena padat mobilitas, orang boros bensin, maka itu isu energi terbarukan keren banget kalau dibahas. Bisakah mobil listrik, atau bisakah mobilitas tidak bertemu dengan e-commerce dan sebagainya," ungkapnya.
Kang Emil mencontohkan, Swedia yang telah melakukan uji coba pengembangan konsep ekonomi hijau bagi masyarakat urban di kota-kota. Meskipun sempat mendapatkan protes dari kalangan bisnis, namun perlahan Swedia berhasil mengembangkan kota hijaunya.
"Hasilnya semakin enggak ada mobil, enggak ada asap, enggak ada polusi, orang nongkrong lebih lama, lapar harus lebih banyak, jadi shopping time lebih tinggi. Jadi keberanian dengan teori itu pelan-pelan mengurangi, mobil akan menyesuaikan," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
