Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Tak Istimewa, Sengketa Pemilu Nggak Bakal Pengaruhi Minat Investor Asing

Antara • 03 April 2024 13:18
Jakarta: Persidangan sengketa pemilihan umum (pemilu) dinilai tidak akan memengaruhi minat investor asing untuk menanamkan modalnya di Tanah Air.
 
Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman mengatakan sengketa pemilu bukanlah peristiwa luar biasa dan hanya fenomena normal dalam demokrasi yang sehat. Bahkan pemilu di Amerika Serikat pada 2020 pun banyak terjadi drama.
 
"Apakah (sengketa pemilu) akan mempengaruhi minat investor asing? Kami rasa tidak. Karena sengketa pemilu itu bukan hal yang aneh," kata Helmi, seraya menilai proses dalam Pemaparan Ekonomi dan Kinerja Keuangan Citi Indonesia di Jakarta, dilansir Antara, Rabu, 3 April 2024.

Dari sisi makroekonomi, dia justru memandang positif terhadap outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama seiring dengan pemilu yang selesai dalam satu putaran.
 
"Dengan penyelesaian pemilu satu putaran, di satu sisi memang stimulus berupa belanja kampanye berakhir lebih cepat dibandingkan dengan apabila pemilu dijalankan dalam dua putaran. Namun di sisi lain, ketidakpastian politik juga berakhir dengan lebih cepat karena satu putaran," jelas dia.
 
Baca juga: Indonesia Dipastikan Tak Alami Deindustrialisasi, Ini Faktanya!

Keberlanjutan kebijakan pemerintahan Jokowi

Terlebih, imbuh Helmi, manifesto politik presiden terpilih mengedepankan keberlanjutan dari berbagai kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurut dia, hal ini membuka jalan untuk percepatan pemulihan siklus investasi sektor swasta.
 
Dari perspektif investor pasar obligasi, Helmi mengatakan proses transisi politik yang sedang berjalan di Indonesia memang memiliki implikasi fiskal yang belum sepenuhnya diketahui.
 
Dalam jangka pendek, dengan berakhirnya pemilu dalam satu putaran, tentunya tidak semua belanja pemerintah terkait pemilu yang sudah dianggarkan akan digunakan sepenuhnya. Hal ini, kata Helmi, juga karena posisi kas pemerintah memang sudah relatif kuat.
 
Sementara terkait Surat Berharga Negara (SBN), Helmi mengatakan target penerbitan SBN di kuartal II-2024 sudah mulai diturunkan dibandingkan dengan target penerbitan SBN di kuartal I-2024. Penurunan target tersebut, kata dia, tentunya disambut baik dari perspektif menjaga keseimbangan antara supply dan demand di pasar SBN.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan