"Ke depannya akan ada penggantian untuk menggunakan energi yang lebih bersih yang dampaknya bisa meringankan beban lingkungan," kata Arifin dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 25 Juni 2020.
Ia menjelaskan rencana tersebut seiring dengan komitmen pemerintah dalam mengurangi emisi jangka panjang. Hal ini pun sesuai dengan komitmen Indonesia pada kesepakatan internasional, Paris Agreement.
"Untuk ke depannya karena negara maju sudah gunakan standar-standar baru untuk mengurangi emisi, akan ada pergantian itu," jelas Arifin.
Namun Wakil Ketua Komisi VII Ramson Siagian selaku pimpinan rapat berharap pemerintah tidak menghilangkan peredaran premium dan pertalite.
"Saya harap ini jadi catatan yang penting juga agar pertalite dan premium jangan dicabut dari SPBU-SPBU agar ada penyesuaian supaya rakyat jangan terkejut," kata Ramson.
Sementara itu, PT Pertamina (Persero) pernah berencana menyederhanakan produk BBM yang mengacu pada aturan yang berlaku. Perusahaan migas pelat merah itu akan memprioritaskan produk ramah lingkungan.
"Untuk mendukung lingkungan lebih sehat lebih bersih kami dorong untuk gunakan BBM ramah lingkungan. Feasibility BBM ramah lingkungan kita akan tambah untuk kebaikan anak cucu ke depan," tutur Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Mengutip laman resmi Pertamina mengenai jenis bahan bakar bermesin bensin terdapat produk Pertamax Turbo memiliki kandungan RON 98, Pertamax RON minimal 92, Pertalite RON 90, dan Premium RON 88.
Kemudian untuk bahan bakar bermesin diesel terdapat produk Pertamina Dex dengan cetane number 53, Dexlite cetane number minimal 51, dan Solar memiliki cetane number 48.
Apabila mengacu pada aturan tersebut, maka jenis produk yang belum memenuhi standar RON dan cetane number yang dipersyaratkan KLHK yakni Petalite dan Premium pada bensin serta solar pada diesel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
