Hal ini seiring melonjaknya berbagai kebutuhan pokok, rendahnya daya beli masyarakat, kenaikan PPN hingga dampak geopolitik global.
"Yang membedakan dengan momen Ramadan tahun ini, adalah harga beragam pangan strategis sudah mengalami tren kenaikan sebulan sebelum Ramadan," ujarnya, Rabu, 30 Maret 2022.
Potensi peningkatan inflasi yang lebih tinggi, kata Yusuf, tercermin dari pergerakan harga sejumlah komoditas seperti minyak goreng. Terlebih di saat yang sama, sentimen terhadap situasi geopolitik konflik Rusia dan Ukraina mendorong kenaikan harga energi dan sejumlah komoditas yang berakibat pada peningkatan inflasi global.
Hal itu, menurutnya, berimbas pada kondisi perekonomian dan inflasi dalam negeri. Belum lagi kebijakan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11 persen yang berlaku mulai 1 April 2022 diperkirakan akan mengerek tingkat inflasi Indonesia.
"Tarif PPN baru bisa mendorong tekanan terhadap inflasi di bulan Ramadan, hitungan kasar saya inflasi bisa berada di kisaran 0,8 persen sampai satu persen secara bulanan di April nanti," terang Yusuf.
Naiknya tingkat inflasi akan berdampak pada kemampuan daya beli masyarakat. Pemerintah dinilai perlu memastikan agar tingkat konsumsi masyarakat tak tergerus akibat kondisi inflasi tersebut.
Karenanya, pemerintah perlu menggalakkan program Bantuan Sosial Tunai (BST) kepada masyarakat. BST itu dapat dikombinasikan dengan bantuan sembako yang disalurkan dalam dua bulan ke depan guna meringankan beban kelompok masyarakat miskin.
"Kedua bantuan ini perlu karena dia juga menyasar tidak hanya kelompok miskin, tetapi juga kelompok rentan dah hampir miskin," pungkas Yusuf.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
