Seperti diketahui, kasus BUMN yang bergerak di sektor farmasi ini menjadi sorotan publik setelah kebobrokan perusahaan dilaporkan langsung oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melalui Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II Tahun 2023 dirilis.
Melansir dokumen tersebut, Indofarma dan anak usahanya, PT Indofarma Global Medika (IGM) terlibat aktivitas yang berindikasi fraud seperti jual beli fiktif, penempatan dan pegadaian deposito, pinjaman online, hingga mempersolek laporan keuangan.
"Kalau berdasarkan laporan yang kami baca yang terlibat dalam fraud ini hanya lima orang," kata Yeliandriani dalam rapat dengar pendapat Komisi VI DPR-RI dipantau daring, yang dikutip kembali pada Jumat, 21 Juni 2024.
Yeliandriani juga mengatakan kelima orang tersebut merupakan satu circle dan saat ini sudah keluar dari Indofarma, sehingga yang tersisa saat ini menurutnya adalah orang-orang yang bersih.
"Orangnya sudah keluar. Jadi kami yakin yang ada sekarang di Indofarma sudah bersih dari fraud tersebut," ucap dia.
| Baca juga: Ini 'Dosa-dosa' Indofarma, Bukan hanya Terjerat Pinjol Rp1,26 Miliar |
"Fraud itu hanya dilakukan dalam satu lingkungan saja dan kebetulan memang dengan kewenangan yang cukup besar," imbuh dia.
Pinjol Indofarma
Lebih lanjut terkait dengan pinjaman online yang dilakukan perusahaan, Yeliandriani membenarkan hal tersebut. Pada 2022 emiten berkode INAF tersebut telah melakukan pinjaman kepada perusahaan Fintek namun sudah dilunasi."Benar, dalam laporan itu ada pinjaman kepada fintek pada tahun 2022 namun itu dipinjam beberapa bulan dan sudah dilunasi," jelas dia.
Kala itu, Yeliandriani merinci kembali perusahaan melakukan pinjaman kepada pinjol dengan menggunakan nama-nama karyawan.
"Cukup banyak dan agak berani memang fraud yang terjadi di Indofarma," sebut dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
