Ilustrasi energi terbarukan, PLTS. Foto: Medcom.id/Annisa Ayu.
Ilustrasi energi terbarukan, PLTS. Foto: Medcom.id/Annisa Ayu.

Riset: Investasi EBT di RI Paling Menonjol di Sektor Energi

Ade Hapsari Lestarini • 12 April 2021 10:49
Jakarta: Studi terbaru lembaga audit terbesar di dunia, Ernst and Young (EY) mengungkapkan, energi terbarukan di Indonesia merupakan investasi yang paling menonjol dan paling menarik di sektor energi.
 
Riset tersebut mengidentifikasi potensi pemulihan hijau dengan total 97 proyek energi terbarukan dan perkiraan investasi mencapai USD12 miliar. Dari 97 proyek, Indonesia berpotensi menambah total empat gigawatt (GW) pembangkit listrik terbarukan, menciptakan 34 ribu pekerjaan, serta menurunkan emisi 19 MTCO2e.
 
"Perusahaan swasta semakin tertarik pada energi terbarukan untuk berkontribusi pada transisi energi di Indonesia. Pembaruan target nasional dan proses pengadaan yang jelas dapat mempercepat investasi di sektor ini," tutur riset Ernst and Young, Senin, 12 April 2021.

Riset EY juga menekankan bahwa manfaat lingkungan dan ekonomi dari pengembangan energi hijau tidak dapat lagi diabaikan. Pemerintah di seluruh dunia telah mengakui peran yang dapat dimainkan sektor energi hijau dalam pemulihan ekonomi pascapandemi covid-19.
 
Studi ini menemukan, ada minat investor yang luar biasa dan kelebihan modal swasta yang siap dikerahkan di sektor energi bersih. Namun, transisi energi bersih dapat dipercepat dan diperkuat hanya jika tantangan tertentu ditangani oleh pihak berwenang, yang akan membuat sektor ini menarik bagi investasi swasta.
 
Berdasarkan studi tersebut, selain panas bumi, solar panel dan angin merupakan yang paling menarik. Namun, masa depan pengembangan energi terbarukan di Indonesia akan bergantung pada strategi PT PLN (Persero) sebagai pemasok tunggal listrik. Sementara, Indonesia membutuhkan regulasi yang jelas untuk mengakselerasi transisi energi.
 
Studi ini merekomendasikan program spesifik berbasis pasar yang bisa dilakukan PLN. Di antaranya memastikan keselarasan antara rencana pengembangan listrik tahunan PLN dan rencana yang diumumkan pemerintah; menyelenggarakan proses pengadaan yang transparan, mengadopsi pendekatan Feed in Tariff (FiT) untuk mengatasi hambatan yang ada, dan mempersingkat negosiasi PPA.
 
Mengenalkan tarif optimal untuk mempromosikan energi terbarukan; memastikan jaminan kredit, menjembatani pembiayaan dan pinjaman yang dapat dijadikan paket stimulus untuk membantu mendanai proyek skala kecil. Apalagi di Indonesia, 61 dari 97 proyek yang teridentifikasi merupakan proyek dengan investasi kurang dari USD50 juta.
 
Secara keseluruhan, studi ini menggarisbawahi bahwa pendanaan proyek hanyalah salah satu kendala yang teridentifikasi. Tapi untuk kebanyakan proyek di banyak negara, tantangan utamanya adalah isu non-finansial dan terkait dengan regulasi, administratif, dan komersial proyek.
 
Dalam studi bertajuk "Green Recovery Opportunities in Southeast Asia, Japan, South Korea and Taiwan" tersebut, EY melakukan riset di delapan negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
 
Studi di delapan negara tersebut mengidentifikasi total 811 proyek energi terbarukan, dengan potensi investasi USD316 miliar, penambahan kapasitas 90 GW, 870 ribu potensi pekerjaan tercipta, dan penurunan emisi 229 MTCO2e.
 
Riset ini juga mengungkapkan sejumlah proyek transformatif yang dilakukan negara lain, yang terutama didukung oleh kebijakan dan regulasi memadai. Di Malaysia, mekanisme lelang terbalik yang dirancang dengan baik dan transparan membantu industri tenaga surya berkembang.
 
Sementara di Vietnam, FiT yang menarik dan standar PPA mengarah ke instalasi tenaga surya berkapasitas 4,5 GW pada 2019, melebihi target nasional 4GW untuk 2025. Kementerian Energi setempat saat ini sedang mengevaluasi mekanisme perjanjian pembelian listrik langsung antara energi terbarukan dan konsumen listrik swasta.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan