Ia mengatakan saat ini industri penerbangan tengah mengalami perubahan yang signifikan akibat pandemi covid-19. Banyak pesawat yang akhirnya hanya parkir dan tidak beroperasi lantaran penumpang berkurang.
"Konsep leasing kita sedang perbaiki, supaya win-win, untung sama untung," kata Erick, dalam sebuah konferensi pers virtual, Jakarta, Rabu, 10 Februari 2021
Erick tidak mau kontrak tersebut malah menimbulkan kasus hukum seperti yang terjadi pada pengadaan sewa armada Bombardir CRJ1000. Berdasarkan penyelidikan Serious Fraud Office (SFO) Inggris, terdapat indikasi pidana suap dari pihak pabrikan pada oknum pimpinan Garuda Indonesia saat proses pengadaan pesawat di 2011.
"Jangan seperti dulu, akhirnya kita ditekan terjadi grey area untuk kolusi. Ini yang akan kita lakukan secara transparan bagaimana metode leasing ke depan bisa saling menguntungkan," ujar dia.
Erick mengatakan kaji ulang juga akan dilakukan pada kontrak dengan pabrikan Boeing dan Airbus. Menurutnya kerja sama tersebut harus sesuai dengan strategi Garuda. Bahkan Kementerian BUMN tidak segan untuk mengawal Garuda terbang langsung ke Amerika untuk negosiasi dengan Boeing dan Airbus.
Hal ini perlu dilakukan, lanjut Erick, untuk mengurangi adanya pihak ketiga atau makelar sehingga langsung transaksi dengan produsen pesawat. "Kita akan lihat strategi besar Airbus, Boeing yang mana yang lebih baik dengan Garuda, sesuai strategi Garudanya," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
