Bahkan digitalisasi pembiayaan ini meningkatkan inklusi keuangan, baik melalui dompet digital maupun akun virtual. Di samping itu, alat pembayaran digital juga berfungsi sebagai kode digital pencatatan transaksi.
"Fintech sebagai subsistem penting dalam ekosistem digital sekaligus sebagai alat untuk pengembangan usaha UMKM, saya kira usaha mikro tertolong betul oleh kehadiran fintech," kata Teten Masduki dalam seminar daring, Jumat, 13 Agustus 2021.
Pada Desember 2020, akumulasi penyaluran pinjaman nasional sebesar Rp155,9 triliun. Sedangkan per Juni 2021 penyelenggara fintech lending yang berizin dan terdaftar sudah mencapai 124 platform.
Sedangkan pinjaman kepada sektor usaha produktif selama tahun ini sebesar Rp36,74 triliun, dengan sektor usaha terbesar adalah perdagangan besar dan eceran, rumah tangga, transportasi, pergudangan, komunikasi, penyediaan akomodasi serta penyedia makanan dan minuman.
"Saya kira sama seperti kredit dari bank konvensional, sektor perdagangan paling banyak di sektor UMKM yang mendapatkan kucuran pembiayaan dari fintech," ujar Menkop UKM Teten Masduki.
Di sisi lain, digitalisasi dapat memperluas akses pelaku UMKM ke sumber-sumber pembiayaan, selain akses pasar. Apalagi salah satu persoalan UMKM adalah akses kepada pembiayaan dan sebagian besar UMKM atau 98 persen merupakan usaha mikro dan ultra mikro.
Di tengah pandemi, lanjut Teten, banyak UMKM yang mengalami gagal bayar. Kesulitan pembiayaan UMKM ini pun telah diatasi oleh pemerintah dengan relaksasi pembiayaan, restrukturisasi kredit, dan pemberian subsidi, termasuk pinjaman baru juga direlaksasi.
"Banyak sekali pelaku UMKM yang unbankable sehingga sebenarnya kehadiran fintech bisa menjadi solusi bagi UMKM untuk mengakses pembiayaan," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
