Hal Ini terungkap dalam laporan terbaru YouGov Indonesia, yang menunjukkan bagaimana masyarakat makin sadar finansial, makin cermat dalam mengambil keputusan, dan makin adaptif dalam menghadapi realita ekonomi hari ini.
Pendapatan seret, pengeluaran meningkat
Laporan YouGov ini melibatkan 2.067 responden dewasa secara daring dan mencerminkan representasi nasional populasi online di Indonesia. Mayoritas responden mengaku pendapatannya stagnan (46 persen) atau bahkan menurun (18 persen). Tapi menariknya, dua dari tiga orang Indonesia tetap optimistis terhadap kondisi keuangan mereka ke depan.Pergeseran pengeluaran pun tak bisa dihindari. Separuh responden menyebut biaya hidup meningkat, terutama untuk bahan makanan (34 persen), pendidikan (25 persen), dan tabungan (24 persen). Generasi muda cenderung menghemat pengeluaran esensial, sementara generasi yang lebih tua memilih memotong pengeluaran gaya hidup.
| Baca juga: Cara Mudah Hasilkan Uang dari Survei Online YouGov |
Banyak yang mulai pakai dana darurat
Menabung di era sekarang tidak semudah dulu. Hanya 23 persen pekerja penuh waktu yang bisa menabung lebih dari target, sementara 53 persen justru menabung lebih sedikit. Bahkan, 33 persen dari mereka yang tidak bekerja secara formal mengaku tidak bisa menabung sama sekali. Parahnya lagi, 18 persen justru melihat simpanannya berkurang.Dalam kondisi ini, masyarakat mulai mengambil langkah-langkah realistis. Banyak yang mulai mencatat pengeluaran, menunda pembelian besar, hingga mengandalkan dana darurat, yang sudah mulai digunakan oleh 37 persen responden.
Kredit dan pinjaman jadi penopang hidup
Ketika tabungan tak lagi cukup, pinjaman menjadi jalan keluar. Sebanyak 54 persen responden mengaku mengambil pinjaman dalam 12 bulan terakhir, terutama dari kalangan Milenial (59 persen) dan Gen X+ (58 persen). Mayoritas mengambil pinjaman digital atau informal, seperti pinjol dan menjual aset pribadi (36 persen).Selain itu, kredit bank (28%), layanan paylater (27 persen), dan pinjaman dari keluarga atau teman (27 persen) juga makin populer. Generasi “sandwich” yang membiayai anak sekaligus orang tua tercatat paling sering mengambil pinjaman (62 persen) dan menggunakan lebih banyak jenis sumber utang.
Meski begitu, mayoritas masyarakat masih disiplin. Sebanyak 70 persen responden tetap membayar cicilan tepat waktu, sementara keterlambatan atau gagal bayar lebih sering terjadi di kelompok non-sandwich.
Emas, pilihan investasi favorit semua generasi
Di tengah ketidakpastian, masyarakat memilih investasi yang lebih aman. Emas menjadi primadona, dipilih oleh 47 persen responden lintas generasi. Generasi Milenial lebih tertarik pada emas dan instrumen stabil, sedangkan Gen Z tampil berani dengan memilih pasar modal (34 persen).Pendapatan juga berpengaruh terhadap pola investasi. Mereka yang berpenghasilan di atas Rp20 juta per bulan lebih banyak menaruh uangnya pada emas (72 persen), pasar modal (60 persen), dan properti (43 persen). Sementara kelompok berpenghasilan lebih rendah lebih konservatif, cenderung menghindari risiko tinggi.
"Meski menghadapi pengeluaran yang meningkat dan pendapatan yang stagnan, masyarakat Indonesia tetap mampu beradaptasi secara praktis. Mereka mengurangi pengeluaran non-esensial, memanfaatkan kredit, dan beradaptasi dengan tekanan finansial melalui langkah nyata,” ujar General Manager YouGov Indonesia,Edward Hutasoit dikutip Selasa, 1 Juli 2025.
Menurutnya, wawasan berbasis data ini bisa membantu pelaku usaha, lembaga keuangan, hingga pembuat kebijakan untuk memahami dan lebih dekat dengan konsumen Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
