Ranieri yang berasal dari Italia baru saja dianugerahi FIFA sebagai pelatih pria terbaik 2016. Prestasi itu tak lepas dari pencapaiannya ketika membawa The Foxes meraih gelar Liga Primer Inggris pada musim lalu.
Klik: Ini Alasan Irfan Bachdim Gabung Bali United
Pencapaian Leicester saat itu terbilang dramatis karena mereka memulai musim 2015--2016 sebagai tim promosi. Akan tetapi berkat tangan dingin Ranieri, The Foxes menjadi juara sambil unggul 10 poin dari rival terdekatnya.
"Saya hanya memiliki keinginan kuat dan berusaha menyampaikan keinginan itu kepada para pemain. Jadi, bisa dibilang saya punya kunci untuk membuka pikiran para pemain," kata Ranieri membeberkan rahasia kesukseannya.
"Sungguh menyakitkan apabila saya gagal mewujudkannya, karena itu bakal menjadi kesalahan saya dan kesalahan para pemain," tambahnya.
"Saya pikir hanya itu rahasianya. Ketika Anda bekerja di level tertinggi pasti bakal sangat penting untuk menunjukkan kepada para pemain betapa besarnya kecintaan Anda terhadap permainan. Selain itu, Anda juga harus meyakinkan mereka untuk melakukan hal yang sama," lanjut Ranieri.
Klik: Sergio Ramos Geram dengan Perlakuan Suporter Sevilla
Ganti tahun, beda prestasi. Leicester yang musim lalu jadi juara, saat ini sedang bertengger di urutan ke-15 klasemen sementara Liga Primer Inggris. Meski harapan mempertahankan gelar juara semakin kecil, namun Leicester masih bisa berkompetisi di Liga Champions. The Foxes sudah ditunggu Sevilla pada leg pertama babak 16 besar pada Kamis 23 Februari 2017. (soccerway)
Video: Ponaryo Astaman Tak Ambil Pusing Soal Regulasi Baru PSSI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(KAU)