"Ini menjadi atensi PSSI. Hari ini dibahas di sidang Komdis. Surat kemarin sudah diterima. Belum ada (keputusan), biasanya sehari ada 30 sekian perkara. Biasanya (sidang) sampai malam," kata Ketua Asprov PSSI Jateng Johar Lin Eng, usai mengikuti rapat koordinasi dengan Kepolisian Daerah Jawa Tengah terkait pengamanan Liga Gojek dan Traveloka 2017 di Semarang, Jawa Tengah, Kamis 27 Juli 2017.
Kepolisian Daerah Jawa Tengah menjadi pihak yang mengajukan permohonan larangan suporter PSS Sleman masuk Jateng. Permohonan dikeluarkan setelah pecah peristiwa pengeroyokan terhadap pedagang cabai di jalan Temanggung-Magelang, Desa Bengkal, Kranggan, Kabupaten Temanggung, pada 23 Juli lalu. Korban Nanda meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit akibat mengalami luka tusukan dari suporter PSS Sleman.
Menurut Johar, sebenarnya Polda Jateng sudah dua kali mengirimkan surat permohonan. Dalam permohonan itu, PSS Sleman dipersilakan bermain di Jateng, tapi tanpa suporter. "Ini surat kedua. Surat pertama itu imbauan. Nah, yang kedua ini penegasan dari Kapolda," ujar Johar menyatakan.Baca juga: Buntut Tewasnya Pedagang Cabai, Suporter PSS Sleman Dilarang Masuk Jateng
Johar mengakui, pengurus pusat PSSI sering tidak mengetahui dengan jelas peristiwa-peristiwa kerusuhan yang melibatkan suporter klub sepak bola. PSSI berkilah jarang menerima laporan rari aparat keamanan di daerah.
"Selama ini pihak keamanan belum memberi laporan resmi ke PSSI di daerah secara jelas. Nah, dengan rapat koordinasi, surat ini bisa ditindaklanjuti kira-kira harus melakukan apa," ungkap Johar.
Yang jelas, kata Johar, setiap klub sepak bola harus membina suporternya agar tidak bertindak di luar aturan. "Pembinaan menjadi beban klub. Klub wajib membina suporter dengan baik," tegas Johar.
Video: Ridwan Kamil Jenguk Korban Kericuhan Bobotoh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RIZ)