Namun, apa jadinya jika kiprah tersebut tidak diiringi dengan prestasi atau permainan yang ciamik. Apakah timnas atau sebuah klub sepak bola masih disukai dan memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat? jawabannya tentu tidak.
Seperti pepatah bilang, "Tak ada satu pun di dunia ini yang instan". Oleh karena itu, sebelum menggapai prestasi atau kemenangan, sebuah tim harus konsisten berlatih keras dan melewati berbagai tahapan. Nah, salah satu tahapan itu adalah melalui pembinaan pemain usia muda.
Klik: Ancelotti Mengklaim Bayern Lebih Kuat Ketimbang Awal Musim
Dalam kesempatan ini, Metrotvnews.com mendapat kesempatan berbincang kepada sejumlah pelatih sekolah sepak bola usia muda yang timnya menjadi peserta Dream League U-16 & U-19, turnamen yang digagas Metrotvnews.com dan Persija Barat FC. Perbincangan tersebut cukup menarik karena sebagian besar dari mereka tidak mengejar target sebagai juara.
Anto Sudaryanto selaku Direktur Pro-Direct Soccer Academy - Indonesia menjelaskan, pembinaan sepak bola usia muda harus ditekankan agar seorang anak tertarik mendalami sepak bola. Jika sepak bola sudah menjadi salah satu hal yang dicintai anak, maka pelajaran tentang berbagai teknik sepak bola akan lebih mudah diserap.
Klik: Tepis Rumor ke Man City, Rakitic Disiapkan Melawan Bilbao
Namun, lanjut Anto, permasalahan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah mentalitas orang Indonesia yang terlalu mengejar kemenangan. Menurutnya, pola pemikiran yang sudah merambah ke Sekolah Sepak Bola (SSB) itu malah bisa merugikan talenta-talenta muda.
"Akademi sepak bola kami memiliki pusat di Inggris. Di sana, jarang ada pemain yang betisnya besar-besar atau badannya bantet. Itu terjadi karena pembinaan usia dini mereka tidak ditekankan untuk latihan fisik dan teknik. Jadi, usia dini itu lebih ditujukan untuk membangun fanatisme anak terhadap sepak bola," kata Anto disela-sela pertandingan Trofeo Dream League U-16 & U-19, Minggu di Stadion Cendrawasih, Jakarta Barat, Minggu (8/1/2017)
"Begitu pula ketika anak-anak diberikan ujian untuk mengikuti kompetisi atau turnamen. Biasanya kami mengikuti turnamen itu untuk mengukur kemampuan latihan selama ini. Kalau soal juara satu, dua atau tiga urusan belakangan," tambahnya.
Pada waktu yang berbeda, Pelatih Persija Barat Rohili dan pelatih Bina Taruna Cibubur (BTC) Saut Lomban Tobing juga sempat mengemukakan tujuan timnya di ajang Dream League U-16 & U-19. Tak jauh berbeda dengan pendapat Direktur Pro-Direct, keduanya tidak mau muluk-muluk mengejar status juara.
"Target saya nanti hanya lima besar. Kalau bisa jadi juara dua atau tiga, itu sudah bonus. Lagipula tim kami juga baru berdiri sekitar satu setengah tahun. Oleh karena itu, kami masih harus memadukan tim dengan baik. Kami akan tetap optimistis karena terbukti bisa mengimbangi para peserta di sini," ujar Saut yang merupakan mantan pemain timnas Indonesia pada era 80-an.
Suasana laga Persija Barat vs Barsil Bandung. (Foto: MTVN/Reza)
.jpg)
Event Dream League U-16 & U-19 tak lepas kontribusi Persija Barat yang merupakan tuan rumah. Akan tetapi mereka hanya menjadi runner up ketika melakoni trofeo. Ternyata, kondisi ini tidak mempengaruh semangat Rohili untuk mengarungi kompetisi sesungguhnya yang berlangsung pada 29 Januari mendatang.
"Kami Persija Barat memang tuan rumah, namun tidak ada yang perlu yang ditargetkan. Asalkan kami main baik, pasti mendapatkan hasil terbaik," tutup Rohili.
Sebelum menggelar Dream League U-16 & U-19, pihak panitia sempat mengadakan turnamen mini berformat trofeo pada akhir pekan lalu. Waktu tiap pertandingan dalam trofeo ditetapkan 1x20 menit, dan tiap tim berkesempatan menjajal calon lawannya masing-masing. Sentul United yang berasal dari Bogor membuat kejutan dengan menjuarai turnamen pemanasan tersebut.
Video: Trofeo Dream League, Tak Sekedar Turnamen Pemanasan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(KAU)
