Jakarta: Platform layanan berbasis online kini memudahkan proses verifikasi data pengguna yang semakin mudah, salah satunya berbekal foto selfie. Proses ini biasanya dilakukan dalam tahap registrasi layanan. Anda akan diminta melakukan foto selfie menyertakan kartu identitas seperti KTP di tangan.
Sayangnya, menurut perusahaan keamanan siber Kaspersky cara tersebut juga rentan membuat Anda menjadi target penipuan online atau phishing. Data berupa wajah serta kartu identitas menjadi daya tarik bagi pelaku kejahatan siber.
Dijelaskan Kasperksy, data tersebut bisa dieksploitasi oleh pelaku kejahatan siber. Misalnya, melakukan transaksi yang bermasalah mengatas namakan identitas Anda sehingga suatu hari nanti Anda memiliki masalah hukum yang tidak pernah dilakukan.
Data seperti foto selfie bersama kartu identitas juga diminati pelaku kejahatan siber sebagai komoditas di pasar gelap. Data identitas Anda akan dijual dengan harga yang sangat tinggi. Kaspersky menyebut data tersebut memiliki nilai lebih tinggi ketimbang kartu identitas hasil scan atau pemindaian.
Melihat hal ini Kaspersky membagikan informasi mengenai cara kerja aksi penipuan yang ingin menggunakan foto selfie beserta kartu identitas Anda dengan mengenali tanda-tanda penipuan online.
1. Error dan kesalahan ketik
Saat Anda menerima email permintaan untuk registrasi atau verifikasi data biasanya Anda akan diberikan atau dialihkan ke halaman situs atau aplikasi untuk memasukan data berupa foto selfie bersama kartu identitas.
Di sini Anda harus jeli melihat isi kalimat di situs atu halaman aplikasi tadi. Umumnya sebuah situs atau aplikasi resmi akan memiliki penulisan formulir dnegan frasa kalimat yang baik. Tidak dipenuhi oleh kesalahan tata bahasa atau kesalahan ketik.
2. Alamat pengirim yang mencurigakan
Sebuah perusahaan umumnya berlangganan layanan host domain yang juga menyediakan alamat email dengan domain nama perusahaan mereka. Namun, sebagian besar penipuan online enggan melakukannya demi menyempurnakan kejahatan mereka.
Penipuan online kerap menggunakan alamat email dari layanan email gratis atau menggunakan nama perusahaan resmi pada alamat email tapi dengan penulisan yang aneh. Jadi, Anda harus melihat dengan jeli alamat email yang disediakan untuk menerima data identitas Anda.
3. Nama domain tidak sesuai
Apabila Anda menerima tautan halaman situs berisi formulir untuk memasukkan data yang terlihat resmi tetap Anda harus berhati-hati. Pelaku penipuan online kerap menggunakan layanan yang tidak sesuai dengan halaman situs atau layanan yang meminta data diri Anda.
Misalnya, Kaspersky mencotohkan sebuah email penipuan online yang mengklaim dari LinkedIn dengan terlihat sangat resmi tapi justru meminta Ada mengunggah informasi identitas Anda ke layanan Dropbox.
Jelas kedua layanan yang disebutkan yaitu LinkedIn dan Dropbox sama sekali tidak berkaitan. Mengapa layanan LinkedIn yang meminta Anda melakukan verifikasi data justru menggunakan server penyimpanan Dropbox?
4. Meminta mengunggah foto dan identitas diri dengan sifat memaksa
Umumnya setiap layanan memberikan pilihan untuk menyetujui atau tidak permintaan yang mereka berikan kepada Anda, termasuk saat menunggah identitas. Sementara sebuah penipuan online biasanya akan memaksa Anda meunggahnya.
Hal ini dilakukan dengan sebuah isi email, halaman situs atau aplikasi yang hanya menyediakan formulir untuk mengunggah data dan tombol unggah. Tidak tersedia tombol untuk membatalkannya sehingga Anda akan berpikir bahwa Anda wajib menyerahkan data identitas.
5. Jangan malas mencari informasi di internet
Tidak ada salahnya untuk selalu menaruh curiga pada permintaan data identitas diri yang tiba-tiba Anda terima. Anda bisa memanfaatkan layanan pencarian Google untuk menemukan informasi mengenai perusahaan atau situs yang memintah Anda mengunggah data foto selfie bersama kartu identitas.
Umumnya situs penipuan online tidak akan ditemukan oleh mesin pencarian Google karena situs tersebut hanya bisa diakses lewat tautan yang Anda terima dari pelaku penipuan online. Anda juga dianjurkan mencari tahu informasi sebuah layanan apakah mereka baru ini mengumumkan melakukan proses verifikasi data atau tidak sebagai pembaruan atau update layanan.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id