Menurut Saivya Chauhan, pendiri dan CEO startup bernama Blitz tren kendaraan listrik di Indonesia sudah sangat besar meskipun angka permintaannya masih sangat kecil. Namun pria yang pernah bekerja di perusahaan Hyperloop milik Elon Musk ini melihat ada ruang pasar yang besar ke depannya untuk di Indonesia.
“Saya belum mendapatkan detail untuk roda empat namun Indonesia sebagai pasar kendaraan roda dua terbesar ketiga di dunia jelas akan memiliki potensi pasar untuk kendaraan listrik,” kata Saivya yang tengah membesarkan layanan kendaraan listrik untuk kebutuhan logistik dari Blitz.
“Selama tiga tahun belakangan kita lihat semakin banyak perusahaan di Indonesia yang mengimpor kendaraan listrik dari Tiongkok. Di periode yang sama permintaan kendaraan bermotor model bahan bakar konvesional maasih lebih besar angka, jadi saat ini trennya masih kecil tapi ke depannya bisa sama besarnya,” tutur Saivya.
Saivya memperkenalkan Blitz bukan sebagai merek kendaraan listrik yang dipasarkan untuk konsumen. Blitz menyediakannya khusus untuk segmen B2B khususnya sektor logistik yang ingin ikut beralih ke kendaraan listrik.

“Jadi Blitz menyediakan kendaraan listrik roda dua yang didukung dengan modifikasi sesuai kebutuhan klien, misalnya bentuk kargo. Tidak hanya itu kami menawarkan keunggulan berupa sistem algoritma yang bisa diandalkan bisnis logistik seperti fleet management” ungkapnya.
Di situs resmi Blitz, diperlihatkan bahwa kendaraan listrik yang disediakan Blitz bisa dimodifikasi untuk mendukung beragam jenis kargo mulai dari untuk mengantarkan paket ringan hingga besar, kebutuhan mengantar galon air, hingga kargo dengan lapisan insulated untuk food delivery.
Solusi teknologi fleet management yang ditawarkan Blitz diklaim Saivya sebagai nilai lebih dari kendaraan listrik yang mereka sediakan. Fleet management Blitz disebut sebagai layanan Software-as-a-Service (SaaS).
“Kami bisa menyediakan desain sepeda motor yang sesuai kebutuhan klien, serta fleet management yang memberikan insight lengkap mulai dari kebiasaan driver di jalan, optimalisasi perjalanan termasuk pemilihan rute. Tujuannya adalah memberikan efisiensi dengan akurasi tinggi algoritma Blitz,” jelas Saivya.
Tidak sampai di sini saja, Saivya juga membeberkan bahwa perusahaannya juga menyediakan dukungan infrastruktur seperti pusat pengisian dan penggantian baterai motor listrik yang digunakan klien mereka.
Makanya solusi yang ditawarkan Blitz dibangun sebagai sebuah ekosistem lengkap. Hal ini yang membuat Blitz menurut Saivya diminati oleh banyak klien di Indonesia. Blitz telah hadir di Indonesia sejak bulan Februari lalu di tujuh kota dan tahun depan ingin ekspansi ke 25 kota lagi.
“Bicara kompetitor seperti merek kendaraan listrik lainnya, kami justru melihat mereka sebagai rekan kolaborasi untuk membangun pasar electric vehicle agar ke depannya demand dari solusi kami lebih besar,” katanya.
.jpg)
Saivya mengaku bahwa saat ini komponen dari motor listrik yang ditawarkan Blitz masih impor dari berbagai negara tapi perakitannya sudah dilakukan di Indonesia. Harapannya di tahun depan TKDN dari armada kendaraan listrik yang mereka tawarkan sudah memenuhi angka 40 persen.
“Pasar kebutuhan atau adopsi electric vehicle menurut saya akan sangat bagus di Indonesia dnegan kebijakan dan dukungan positif pemerintah. Tentu saja kebutuhan ini menguntungkan banyak pihak, makanya dibutuhkan kolaborasi untuk mendorong migrasi dari cara atau kendaraan konvensional,” tandas Saivya.
Blitz saat ini sudah menyediakan lebih dari 2.100 motor listrik modifikasi mereka yang dilengkapi solusi fleet management dan melayani lebih dari 14 perusahaan logistik dan layanan delivery di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News