“Ini mekanisme terbang sangat kecil yang dilengkapi kamera, sensor, dan computer. Serta, mereka dapat melihat dunia, berpikir, buat keputusan, dan bertindak semestinya,” jelas Guru Besar Universitas Maryland Yiannis Aloimonos dalam tayangan Metro Siang di Metro TV, Kamis, 11 Agustus 2021.
Drone dirancang untuk meniru perilaku burung dan lebah sehingga bisa bergerak dan bernavigasi di tempat kecil. Nantinya, drone ini dapat merevolusi masa depan pertanian dan misi pencarian dan penyelamatan serta berbagai tugas lain yang berbahaya bagi manusia.
“Ketika teknologi ini masuk ke pasar, itu akan sangat berguna menangani operasi pencarian dan penyelamatan seperti gempa bumi, inspeksi jembatan, atau pertanian,” kata Yiannis.
Manusia tidak perlu menggunakan joystick untuk mengendalikan drone tersebut karena sudah menggunakan pandangan komputer untuk melihat rintangan di jalur yang dilewatinya. Kecerdasan buatan yang ada pada drone akan menentukan jalan terbaik disekitarnya atau yang bisa dilalui.
Drone ini dapat melakukan perjalanan lebih dari 6 kilometer untuk pulang dan pergi. Drone kecil akan diluncurkan dari lapangan dan drone yang lebih besar dirancang seperti sarang lebah untuk melakukan berbagai tugas.
“Dengan drone lebih kecil maka hanya perlu satu drone besar yang membawa 1.000 [drone kecil] seperti ini yang mengarah ke satu titik dan akan menyebar secara otomatis,” ujar Kandidat Doktor Universitas Maryland Nitin Sanket. (Widya Finola Ifani Putri)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
