"Dia selalu berkata, 'Kali ini adalah film yang terakhir,'" kata Yonebayashi. "Dia masih berada di kantor."
Miyazaki bukanlah satu-satunya sutradara di Studio Ghibli, perusahaan animasi yang dia bantu dirikan di 1985. Dialah orang dibalik 3 anime paling sukses di Jepang. Princess Mononoke adalah film terlaris di Jepang, sebelum ia dikalahkan oleh Titanic. Namun, rekor Titanic lalu dikalahkan 4 tahun kemudian oleh Spirited Away, yang merupakan film non-Barat yang berhasil memenangkan Oscar.
Sekarang, posisi Miyazaki telah diwariskan pada Yonebayashi, seorang pria berumur 42 tahun yang telah mensutradarai 2 film. When Marnie Was There berhasil masuk nominasi Oscar. Meskipun begitu, bahkan Studio Ghibli pun khawatir Yonebayashi tidak akan sesukses Miyazaki, seperti yang dilaporkan oleh The Guardian.
Mengikuti tradisi studio, When Marnie Was There memiliki seorang protagonis perempuan bernama Anna. Di film ini, dia tidak berusaha untuk memenangkan hati seorang anak laki-laki. Dia bahkan tidak memiliki sifat yang terlalu manis. Dia adalah seorang gadis penyendiri yang menemukan bahwa dia memiliki bakat menggambar.
Anna dikirim oleh ibunya untuk tinggal bersama paman dan bibinya di pedesaan. Di sana, Anna menemukan sebuah rumah besar terbengkalai. Di tempat ini, Anna menemukan Marnie, hantu yang akan membantu Anna untuk menemukan jalan hidup yang lebih baik.
Baik Marnie maupun Anna bukanlah karakter yang terlalu baik. Meskipun begitu, salah satu bagian yang menarik dari film ini adalah karena ia dapat membuat orang merasa simpati terhadap karakter yang agak menyebalkan.
"Bagian itu adalah bagian yang paling sulit," kata Yonebayashi."Tapi, Anda bisa melihat bagaimana Anna tumbuh dan berubah. Di awal cerita, dia tidak bisa setuju dengan siapapun. Tapi di bagian akhir, dia bisa berhubugan dengan orang lain."
Sama seperti Arrietty, When Marnie Was There merupakan adaptasi dari cerita anak asal Inggris. Hanya saja, sang tokoh utama tidak tinggal di Norfolk, tapi di Sapporo. Meskipun begitu Marnie tidak diubah dan dijadikan seorang Jepang.
"Salah satu tokoh utama adalah orang Jepang dan karakter yang lain adalah orang asing berambut pirang," kata Yonebayashi. "Tapi pada akhirnya, hal ini justru menambahkan dimensi baru pada animasi ini."
Dibuat setelah terjadi gempa bumi dan tsunami di Jepang di tahun 2011, film ini penuh dengan konsep konservatif Jepang, mulai dari festival tradisional, daerah pedesaaan hingga sebuah rahasia yang menghubungkan Anna dengan pendahulunya.
"Ada begitu banyak orang yang kehilangan nyawa dan banyak yang lain yang kehilangan orang-orang tersayangnya," ujar Yonebayashi. "Anna juga kehilangan keluarganya."
Lalu, apakah Anna merupakan representasi dari Jepang?
Yonebayashi terdiam sebelum menjawab, "Mungkin. Anna adalah anak perempuan yang kesepian. Dan saat ini, banyak orang Jepang yang merasa kesepian meski mereka terhubung dengan teknologi. Saya tidak yakin Anna sama dengan Jepang, tapi banyak orang Jepang yang seharusnya dapat mengerti perasaannya."
Saat ditanya mengapa dia memilih karakter perempuan sebagai tokoh utama, Yonebayashi berkata, "Saya sendiri adalah laki-laki. Dan jika saya membuat tokoh utama laki-laki, kemungkinan, saya akan memasukkan terlalu banyak emosi ke dalamnya. Dan hal ini akan membuat narasi cerita menjadi sulit."
Apakah Ghibli akan mempekerjakan sutradara wanita? Producer Yoshiaki Nishimura yang menjawab pertanyaan ini.
"Tergantung dengan film apa yang hendak kami buat. Berbeda dengan live action, kami harus menyederhanakan dunia nyata saat membuat animasi. Sementara itu, wanita biasanya lebih realistik dan dapat mengurus kehidupan sehari-hari dengan sangat baik. Sebaliknya, laki-laki lebih cenderung idealistik. Dan film fantasi perlu sisi idealistik tersebut," katanya.
Namun, ada masalah lain yang lebih besar yang harus Studio Ghibli selesaikan, yaitu masalah keuangan mereka. Sejak perusahaan ini didirikan di tahun 1980-an, mereka memilih untuk mempekerjakan karyawan tetap daripada sekadar mempekerjakan karyawan kontraktor. Model ini memang lebih mahal, tapi hal ini memungkinkan Ghibli untuk melatih animator generasi berikutnya, salah satunya adalah Yonebayashi.
Sayangnya, sekarang, Ghibli harus menghadapi kenyataan pahit. Animasi buatan tangan lebih mahal dan memiliki risiko yang lebih tinggi. Bahkan Miyazaki mengakui hal ini.
Inilah trailer dari When Marnie Was Here.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News