Kelemahan tersebut juga bisa digunakan untuk menipu pengguna Telegram untuk mengunduh file jahat dan juga spyware.
Menurut Kaspersky, orang-orang di balik malware ini memanfaatkan komputer korban untuk menambang mata uang virtual seperti Monero, Zcash, Fantomcoin dan lain sebagainya. Kaspersky juga berkata, mereka menemukan data cache Telegram curian pada server para penyerang, lapor Engadget.
Telegram adalah aplikasi pengirim yang cukup populer. Enkripsi pada aplikasi itu menjadi salah satu daya tarik bagi orang-orang yang mungkin melakukan kegiatan ilegal. Pada saat yang sama, hal itu juga yang membuat banyak pihak tertarik untuk menyerang pengguna Telegram.
Sebelum ini, aplikasi Telegram sempat dihapus dari App Store karena dipakai untuk menyebarkan pornografi anak. Selain itu, aplikasi tersebut juga tetap menjadi alat komunikasi anggota ISIS, meskipun Telegram telah berusaha menghentikan mereka.
Di Indonesia, Telegram juga sempat diblokir karena dijadikan platform untuk menyebarkan konten radikalisme dan terorisme.
Bulan lalu, Symantec menemukan aplikasi Telegram palsu di Google Play. Aplikasi tersebut tidak hanya menampilkan iklan pada pengguna tapi juga memasang malware pada perangkat orang yang mengunduh aplikasi tersebut.
Memang, malware penambang cryptocurrency kini tengah marak. Para hacker jahat berusaha menanamkan malware tersebut ke ponsel Android, situs pemerintah dan juga situs porno. Kaspersky menyebutkan, mereka telah memberitahu Telegram tentang hal ini dan Telegram telah mengatasinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
