Laporan terbaru State of Security 2025 yang dirilis oleh Splunk mengungkapkan bahwa hampir setengah dari organisasi global (49%) menyebut masalah kekurangan staf dan keterampilan (underskilled) sebagai tantangan keamanan siber terbesar mereka saat ini.
Laporan yang mensurvei lebih dari 2.000 pemimpin keamanan ini menyoroti pergeseran tren yang signifikan: masa depan pusat operasi keamanan (SOC) tidak lagi hanya membutuhkan analis pemantau, melainkan engineers atau insinyur yang mampu membangun sistem pertahanan.
Berdasarkan survei tersebut, terdapat tiga keahlian yang dinilai paling vital untuk masa depan, namun justru menjadi titik lemah terbesar di banyak perusahaan.
Pertama dan kedua adalah Detection Engineering dan DevSecOps. Sebanyak 74% responden menempatkan kedua keahlian ini sebagai kemampuan terpenting untuk membangun SOC yang tangguh.
Namun, permintaan tinggi ini tidak sebanding dengan ketersediaan talenta. Laporan mencatat bahwa 53% organisasi mengalami kesenjangan keterampilan di bidang DevSecOps, sementara 41% mengalami kekurangan talenta di bidang Detection Engineering.
"Anda tidak bisa sekadar menggunakan alat (tools) untuk menggantikan detection engineering. Ini membutuhkan keahlian sangat spesifik yang tidak mudah dikembangkan," ujar Tamara Chacon, Security Strategist di Splunk SURGe, dalam laporan tersebut.
Keahlian ketiga yang paling dicari adalah Manajemen Kepatuhan (Compliance Management). Sebanyak 60% responden menilai ini sebagai skill kunci , namun 46% mengaku tim mereka masih kurang cakap dalam hal ini, terutama mengingat regulasi digital yang terus berubah dengan cepat.
Kesenjangan keterampilan ini bukan hanya statistik di atas kertas, melainkan memiliki dampak manusiawi yang nyata. Karena sulitnya mencari talenta dengan spesialisasi tersebut, beban kerja menumpuk pada staf yang ada.
Data menunjukkan 52% tim keamanan merasa kelebihan beban kerja (overworked) , dan 42% merasa kekurangan personel. Dampaknya sangat mengkhawatirkan: stres akibat tekanan pekerjaan telah mendorong 52% profesional keamanan untuk mempertimbangkan meninggalkan industri ini sepenuhnya.
Bagi para profesional IT dan talenta digital di Indonesia, data ini memberikan peta jalan yang jelas. Mengasah kemampuan di bidang engineering dan integrasi keamanan pada pengembangan perangkat lunak bukan hanya akan membuat mereka relevan, tetapi menjadi aset paling berharga di pasar kerja global tahun 2025.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id