Perlu diketahui, iPhone meskipun merupakan produk milik Apple yang merupakan perusahaan Amerika Serikat tapi proses produksi komponen hingga jadi rata-rata berasal dari pusat manufaktur di Tiongkok.
Makanya, besar kemungkinan ‘perang ekonomi’ Amerika dan Tiongkok akan berdampak ke harga iPhone. Dikutip dari CNET, dilaporkan bahwa sejumlah Apple Store di berbagai negara terutama Amerika menerima peningkatan jumlah pembeli selama seminggu belakangan.
Sebagian besar pembeli yang menceritakan bahwa mereka membeli iPhone karena takut harganya akan keburu naik atau menjadi mahal dampak dari perang tarif impor antara Amerika dan Tiongkok.
Laporan panic buying ini juga semakin diperkuat dengan pertanyaan pembeli yang sebagian besar menanyakan kebenaran dugaan bahwa harga iPhone akan ikut naik.
Fenomena ini jelas sangat berbeda dari Indonesia, di mana panic buying biasanya dijumpai aksi pembelian atau belanja kebutuhan pokok yang tidak wajar karena dalam jumlah besar atau banyak.
Pihak Apple sendiri enggan berkomentar mengenai fenomena panic buying iPhone tersebut. Namun sebuah laporan dari jaringan ritel Apple di Amerika mengklaim peningkatan penjualan selama seminggu ini tertinggi dibandingkan periode penjualan setahun.
Pada awal bulan Mei mendatang rencananya Apple akan merilis laporan fiskal untuk kuartal kedua. Momen ini mungkin bisa menjadi petunjuk dampak dari ‘perang’ tarif impor Amerika Serikat dan Tiongkok. Di Indonesia, pre-order iPhone 16 Series baru saja selesai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
