Mengutip Phone Arena, Lutnick menekan ByteDance untuk menyerahkan kendali operasionalnya di Amerika Serikat (AS) kepada investor AS. Kesepakatan yang diusulkan akan menciptakan versi baru TikTok berbasis di AS, dijalankan dan mayoritas sahamnya dimiliki oleh investor Amerika.
Lutnick menekankan bahwa AS tidak hanya harus memiliki infrastruktur, tetapi juga mengendalikan algoritma, merupakan poin utama perdebatan. Ini bukan kali pertama pemerintah AS menuntut divestasi semacam ini.
Sebelumnya, undang-undang yang disahkan pada tahun 2024 lalu mewajibkan ByteDance untuk menjual atau menutup operasinya di AS pada batas waktu awal. Batas waktu ini telah beberapa kali diperpanjang oleh Presiden Trump, dengan perpanjangan terakhir hingga tanggal 17 September.
Namun, pembicaraan mengenai kesepakatan tersebut terhenti setelah Tiongkok mengindikasikan tidak akan menyetujui transaksi tersebut, terutama setelah pemerintahan Trump memberlakukan pengumuman tarif baru atas impor Tiongkok.
Situasi ini juga diwarnai oleh tantangan hukum dan ketidaksepakatan politik. Beberapa anggota parlemen mempertanyakan wewenang Presiden untuk memperpanjang batas waktu dan terkait kesepakatan yang diusulkan akan memenuhi persyaratan hukum.
Lebih lanjut, calon pembeli, Blackstone, telah menarik diri dari kelompok investor yang berencana mengambil alih operasional TikTok di AS, dengan alasan penundaan akibat ketegangan perdagangan AS-Tiongkok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
