Ilustrasi: Cisco
Ilustrasi: Cisco

Bukan Sekadar ChatGPT: Mengapa Keamanan Siber Butuh AI Spesifik

Mohamad Mamduh • 25 November 2025 21:50
Jakarta: Di tengah gegap gempita adopsi kecerdasan buatan (AI) di berbagai sektor, laporan terbaru dari Splunk bertajuk State of Security 2025 mengungkap realitas baru di lapangan: alat AI populer seperti ChatGPT ternyata belum cukup untuk melindungi perusahaan dari ancaman siber modern.
 
Laporan yang mensurvei lebih dari 2.000 pemimpin keamanan global ini mengibaratkan penggunaan alat AI umum untuk deteksi ancaman siber seperti "mencoba membangun rumah dengan pisau lipat Swiss Army". Meskipun alat tersebut serbaguna, bidang teknis seperti keamanan siber menuntut pendekatan yang jauh lebih terspesialisasi daripada sekadar alat bantu umum.
 
Masalah utama dari model bahasa besar (LLM) publik adalah sumber pelatihannya. Laporan tersebut mencatat bahwa alat AI umum dilatih menggunakan dataset luas yang mencakup segala hal, mulai dari jenis anjing hingga sejarah militer Romawi kuno. Sebaliknya, tren di tahun 2025 mengarah pada Domain-Specific AI—kecerdasan buatan yang dilatih khusus dengan dataset keamanan siber.

Data menunjukkan bahwa 63% responden setuju bahwa AI generatif yang spesifik domain secara signifikan meningkatkan operasi keamanan dibandingkan alat publik yang tersedia bebas. Keunggulan utamanya terletak pada kemampuan memberikan rekomendasi ahli berdasarkan konteks ancaman yang mendalam, serta mengurangi risiko kebocoran data dengan menjaga alur kerja tetap berada di dalam lingkungan perusahaan.
 
Meskipun AI menjanjikan efisiensi, tingkat kepercayaan para profesional keamanan terhadap teknologi ini masih rendah. Hanya 11% pemimpin keamanan yang mengaku mempercayai AI sepenuhnya untuk melakukan aktivitas kritis dalam Security Operations Center (SOC). Mayoritas responden, yakni 61%, menyatakan hanya "agak" mempercayai teknologi tersebut.
 
Kirsty Paine, Field CTO di Splunk, memberikan analogi menarik mengenai tantangan ini. Ia menyebut AI generatif seperti rekan kerja yang terlalu percaya diri yang tidak akan pernah bilang 'saya tidak tahu', dan akan dengan yakin menceritakan sesuatu yang pernah mereka baca sekali. Oleh karena itu, pendekatan human-in-the-loop atau pengawasan manusia tetap menjadi syarat mutlak dalam penerapan AI di SOC.
 
Terlepas dari skeptisisme tersebut, mereka yang telah mengadopsi AI mulai merasakan dampaknya. Sebanyak 59% responden melaporkan telah meningkatkan efisiensi mereka secara moderat hingga signifikan berkat bantuan AI.
 
Masa depan keamanan siber tampaknya tidak akan bergantung pada satu alat ajaib, melainkan pada kolaborasi antara analis manusia dan AI yang benar-benar memahami bahasa ancaman siber.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan