Kebangkrutan ini terjadi setelah perusahaan mengalami pelanggaran data besar pada tahun 2023 yang berdampak pada jutaan pengguna. Situasi ini tidak hanya menimbulkan masalah keuangan bagi perusahaan, tetapi juga menyoroti risiko serius terkait data genetik yang bersifat permanen dan tak dapat diubah.
Data genetik, tidak seperti data pribadi lainnya, bersifat unik dan tak tergantikan. Informasi ini dapat mengungkap banyak hal tentang kesehatan, keturunan, dan bahkan kerentanan seseorang terhadap penyakit tertentu. Ketika data ini bocor, dampaknya bisa bertahan seumur hidup.
Aaron Rose, dari Check Point Software Technologies, menekankan bahwa kebangkrutan 23andMe adalah peringatan keras bagi komunitas keamanan siber. Data genetik yang bocor tidak bisa direset seperti kata sandi atau kartu kredit. Ini adalah aset berharga yang rentan terhadap penyalahgunaan jangka panjang.
Laporan pada tahun 2025 mengungkapkan bahwa kebangkrutan 23andMe terjadi setelah pelanggaran data signifikan pada tahun 2023 yang membocorkan informasi genetik jutaan pengguna. Insiden ini menggarisbawahi pentingnya menjadikan perlindungan data sebagai prioritas strategis, bukan sekadar formalitas kepatuhan.
Penelitian dari Check Point juga menekankan bahwa integrasi privasi ke dalam proses bisnis inti bukan hanya tentang memenuhi regulasi, tetapi juga tentang menjaga kepercayaan konsumen dan memastikan ketahanan operasional. Dengan dunia yang semakin bergantung pada AI dan komputasi awan, risiko terkait data yang tidak dapat diubah semakin tinggi.
Saat ini, data genetik belum sepenuhnya dilindungi oleh undang-undang federal yang komprehensif, berbeda dengan catatan kesehatan tradisional yang dilindungi oleh HIPAA. Kebijakan 23andMe yang memungkinkan transfer atau penjualan data konsumen selama proses kebangkrutan menyoroti celah regulasi yang mengkhawatirkan. Jaksa Agung negara bagian di California dan Connecticut telah mendesak konsumen untuk bertindak sebelum data sensitif mereka jatuh ke tangan yang salah.
Situasi ini menuntut postur keamanan siber proaktif. Pendekatan yang berpusat pada privasi bukan hanya tentang meminimalkan pelanggaran, tetapi juga tentang menciptakan sistem yang tangguh yang dapat menahan taktik penjahat siber yang terus berkembang, terutama dengan semakin banyaknya musuh yang menggunakan metode berbasis AI untuk mengeksploitasi kerentanan.
Bagi pengguna 23andMe, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk melindungi data genetik mereka:
1. Periksa Pengaturan Privasi: Masuk ke akun dan tinjau dengan cermat pengaturan privasi, perhatikan persetujuan yang telah diberikan untuk penelitian atau berbagi data.
2. Pertimbangkan Menghapus Data: Dengan risiko data ditransfer selama proses kebangkrutan, mungkin bijaksana untuk meminta penghapusan akun dan memastikan data dihapus secara permanen.
3. Unduh Data: Sebelum menghapus akun, unduh salinan informasi genetik sebagai catatan pribadi.
4. Tetap Terinformasi tentang Perubahan Kebijakan: Ikuti pembaruan dari 23andMe dan badan pengatur terkait, karena perubahan kebijakan privasi dapat berdampak signifikan pada data.
5. Ikuti Panduan Resmi: Perhatikan rekomendasi dari Jaksa Agung negara bagian AS, terutama dari California dan Connecticut, yang mendesak konsumen untuk mengamankan data genetik mereka.
Bagi organisasi, kebangkrutan 23andMe harus menjadi peringatan. Keamanan siber bukan hanya tentang mencegah pelanggaran, tetapi juga tentang mengembangkan sistem yang mengintegrasikan privasi sejak awal, memastikan data konsumen tetap terlindungi bahkan dalam masa krisis.
Mengadopsi Kerangka Kerja Zero Trust, memanfaatkan Pencegahan Ancaman Berbasis AI, mengintegrasikan Privasi Data sejak Desain, meningkatkan Ketahanan Operasional dengan Penilaian Risiko Berkelanjutan, dan berinvestasi dalam Pelatihan Kesadaran Siber yang Komprehensif adalah langkah-langkah penting.
Kejatuhan 23andMe adalah kisah peringatan yang menekankan pentingnya keamanan siber di era digital. Saat kita menghadapi tantangan melindungi data yang secara harfiah tidak dapat diubah, jelas bahwa baik konsumen maupun organisasi perlu meningkatkan upaya mereka.
Pertanyaannya bukan hanya apakah kita dapat mencegah pelanggaran, tetapi apakah kita dapat melindungi data yang, setelah terpapar, akan ada selamanya. Seberapa siapkah kita mengamankan aset yang pada dasarnya tidak dapat diubah?
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News