Dalam laporan ini, Indonesia menjadi negara yang paling antusias mengadopsi teknologi AI untuk kebutuhan menginap di hotel. Sebanyak 59 persen responden menilai fitur berbasis AI yang paling menarik adalah rekomendasi instan, informasi mengenai objek wisata sekitar, serta kemudahan memesan fasilitas hotel melalui concierge digital.
Setelah itu, fitur contactless check in dan check out diminati oleh 55 persen responden. Teknologi kesehatan seperti sleep tracking dan pemantauan kualitas udara menarik 53 persen responden, sementara fitur ramah lingkungan mendapatkan perhatian 50 persen responden.
Kecenderungan serupa terlihat pada tahap perencanaan perjalanan. Tiga dari lima wisatawan Indonesia atau sekitar 60 persen menyebut ringkasan ulasan hotel berbasis AI sebagai fitur yang paling membantu untuk tahun mendatang. Angka tersebut meningkat menjadi 63 persen di kalangan Gen Z. Fitur pemantauan harga kamar berada di posisi berikutnya dengan 56 persen, lalu disusul perencanaan perjalanan yang dipersonalisasi sebesar 55 persen.
Perubahan perilaku wisatawan Indonesia juga tampak jelas dalam cara mereka mencari referensi akomodasi. Sebanyak 38 persen responden menyatakan akan mengandalkan online travel agency atau situs pemesanan, meningkat dari tahun sebelumnya.
Meski hanya 8 persen yang akan menggunakan asisten AI, angka tersebut tetap menjadi yang tertinggi dibandingkan negara lain. Pada tahap pemesanan, Indonesia juga menjadi negara yang paling banyak menggunakan OTA dengan persentase mencapai 59 persen.
“Dengan kecerdasan buatan (AI) yang kini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam industri perjalanan, sangat membanggakan melihat Indonesia memimpin dalam penggunaan teknologi baru untuk membuat penginapan hotel pada tahun 2026 menjadi lebih cerdas, efisien, dan lebih menyenangkan. Penelitian SiteMinder menunjukkan bahwa teknologi akan selalu menjadi inti dari perjalanan yang lancar, dan akan terus memberikan manfaat bagi mereka yang siap untuk mengadopsinya,” ungkap Fifin Prapmasari, Country Manager Indonesia di SiteMinder di Aryaduta Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, 21 November 2025.
Meningkatnya ketertarikan terhadap teknologi berjalan seiring dengan tingginya keinginan untuk kembali bepergian. Sebanyak 51 persen wisatawan Indonesia mengaku memiliki keinginan yang jauh lebih kuat untuk melakukan perjalanan dalam satu tahun ke depan. Angka ini tertinggi secara global. Di kalangan Milenial, persentasenya naik menjadi 57 persen.
Rencana perjalanan pada tahun 2026 pun cukup beragam. Sebanyak 34 persen responden berencana liburan ke luar negeri, 17 persen memilih perjalanan domestik, dan 49 persen akan melakukan keduanya.
Jepang menjadi destinasi internasional yang paling diminati dengan 45 persen, disusul Singapura dengan 28 persen dan Korea Selatan dengan 25 persen. Untuk perjalanan dalam negeri, Pulau Jawa menjadi tujuan utama dengan 69 persen, kemudian Sumatra dengan 27 persen dan Bali serta Nusa Tenggara dengan 26 persen.
Preferensi wisatawan Indonesia pada kenyamanan dan personalisasi juga terlihat jelas. Sebanyak 96 persen responden terbuka terhadap penggunaan AI untuk memantau pola pribadi demi mengurangi stres perjalanan.
Dukungan terhadap personalisasi layanan hotel melalui pemanfaatan data mencapai 84 persen. Selain itu, wisatawan Indonesia juga dikenal sebagai kelompok yang gemar menikmati aktivitas di dalam hotel seperti layanan spa, pertunjukan musik live, dan aktivitas petualangan fisik.
Dengan berbagai temuan tersebut, Indonesia dipandang sebagai salah satu pasar yang paling siap beradaptasi dengan perkembangan teknologi perjalanan pada tahun tahun mendatang.
(Endhita Triantara)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
